Part 3
-Tra Palace Apartment-
“Aku… atau Donghwa Hyeong?” Donghae sendiri merasa bodoh mengapa ia menanyakan hal semacam itu pada Eunhee, padahal sudah jelas Eunhee adalah istrinya dan ia memiliki hak penuh atas wanita itu. Namun melihat ekspresi Eunhee yang tampak tak peduli terhadap pertengkarannya dengan Donghwa tadi, membuatnya tak bisa menahan pertanyaan itu di tenggorokan saja.
Eunhee sendiri cukup terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Donghae, hingga untuk beberapa saat ekspresi datarnya pecah. Tapi sekali lagi, ia mampu mengembalikan ekspresinya kembali tenang. “Jadi, sekarang kau membebaskanku untuk memilih, Donghae-sshi?” Eunhee menarik salah satu sudut bibirnya membentuk senyum getir.
“Bukankah itu yang kau inginkan?” Donghae membalas pertanyaan Eunhee dengan menantangnya. Ia sendiri sadar kalau pertanyaannya itu akan semakin memperkeruh suasana, namun sekali lagi, emosinya sudah terpancing. Hingga Donghae tak sanggup lagi menahan ucapan yang akan ia lontarkan.
“Ya, memang itu yang kuinginkan Donghae-sshi. Syukurlah kau akhirnya sadar,” Eunhee berbohong. Wanita itu berusaha menarik sudut bibirnya membentuk senyuman, walau kini keadaan hatinya jauh dari kata senang. “Kurasa kau sudah tau siapa pilihanku.” Wanita itu melanjutkan, masih dengan nada datar seperti sebelumnya. Walau kini hatinya terasa sakit bagai diremas kuat, Donghae hanya bisa diam, menanti jawaban apa yang akan diberikan Eunhee. “Aku tidak akan memberatkanmu Donghae-sshi, kalau kau memang ingin lepas dariku. Aku tidak akan—“
“Aku menyuruhmu memilih. Bukan berarti aku ingin menyingkirkanmu!” sela Donghae cepat, merasa Eunhee mulai salah paham terhadap maksudnya.
Eunhee tertawa hambar lalu menantang tatapan mata Donghae dengan pandangan meremehkan. “Kalau begitu, kenapa kau masih bertanya Lee Donghae-sshi? Bukankah itu artinya, kau tak ingin ada yang mengganggu hubunganmu dengan Son Eun—“
“Jangan memutarbalikkan pembicaraan!!!” Donghae kembali memotong kalimat Eunhee kedua tangannya kini mencengkram kuat kedua bahu Eunhee dan mengguncang tubuh wanita itu sedikit keras, “Saat ini kita sedang membahas tentang Donghwa Hyeong. Itu sama sekali tak ada hubungannya dengan Eunseo.”
“KAU EGOIS!!!” Eunhee menjerit frustasi, wanita itu meninju dada bidang Donghae bertubi-tubi. Pertahanannya pecah mendengar cara Donghae menyebut nama wanita itu. Entah mengapa Eunhee merasa cara Donghae menyebut nama aktris itu terdengar begitu akrab dan istimewa. Hal itu mengundang air mata Eunhee yang memang sudah mendesak untuk dikeluarkan. “Kalau kau boleh menuntut tentang Donghwa Oppa, lalu kenapa aku tak boleh menuntut tentang wanita itu?” balas Eunhee berang, “Sekarang bagaimana kalau aku yang memintamu memilih antara aku dan wanita itu?”
Dengan kecepatan yang tak terbayangkan Donghae menarik tubuh Eunhee ke dalam pelukannya. Mendekap tubuh ramping itu dengan posesif. “Tentu saja aku akan memilihmu. Kau sudah tau itu,” desis Donghae pelan.
Eunhee menegang. Aliran hangat terasa begitu nyata di sudut hatinya. Namun egonya masih begitu kuat ketika mengingat adegan kemesraan Donghae dengan sang aktris, hingga detik berikutnya wanita itu kembali mendorong tubuh Donghae menjauh. “Kalau memang begitu, kenapa kau mengikuti acara konyol semacam itu?”
“Eunhee-a, aku sudah bilang padamu. Aku tak bisa menolaknya. Kau—“
“Dulu kau bilang semua kabar burung yang menyatakan bahwa kau akan mengikuti acara itu tidak benar. Kau juga bilang bahwa kau akan meminta ijinku dulu sebelum bermain di acara tersebut. Tapi kenapa? Kenapa kau tak mengatakannya padaku? Kau tau Lee Donghae-sshi? Aku merasa dikhianati. Kau…” Eunhee tak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya, karena kini rasa sesak kembali melandanya. Tenggorokannya tercekat seolah ada yang akan meledak jika terpancing dengan satu sentuhan pelan. “Aku menyesal tak memilih Donghwa Oppa!” tambahnya lirih sebelum akhirnya membalik tubuh dan menutup pintu kamar dengan bunyi berdebam keras.
Donghae terhenyak. Jantungnya berdenyut sakit. Rasa bersalah sekaligus penyesalan menguasai dirinya. Ucapan Eunhee di akhir kalimatnya membuat rasa sesak menguasai dirinya hingga Donghae tak kuasa menahan air matanya yang mulai menganak sungai. “Jadi… apakah itu artinya kau lebih memilih Donghwa Hyeong?” lirih Donghae lebih pada dirinya sendiri sambil mengacak rambutnya frustasi, “Harusnya aku tak pernah mengikuti acara semacam ini!” keluhnya penuh penyesalan. Dialihkannya tatapannya pada pintu kamar yang tertutup rapat dan menggedornya kuat-kuat, “Hee… kumohon buka pintunya!” tapi tetap tak ada jawaban dari dalam.
Continue reading →