#HappyBirthdayDonghae [EunHae Moment]

-Mokpo, 13 Oktober 2012-

 

Donghae duduk di ayunan tua di depan rumahnya. Kepalanya menengadah menatap langit. Malam ini langit cerah, taburan bintang yang tak pernah dilihatnya sebanyak itu ketika di kota, kini tampak begitu indah bagai jutaan berlian yang bertaburan di angkasa. Hanya saja, udara dingin musim gugur membuat banyak orang terpaksa memilih beristirahat di dalam rumah. Tidak begitu dengan Donghae. Lelaki itu sedang bingung. Dilema berat melandanya. Antara keinginan untuk kembali ke Seoul dan merayakan hari spesialnya yang ke 27 bersama sang istri atau tetap di Mokpo—tanah kelahirannya—dan merayakan hari specialnya bersama Ibu dan kakaknya.

Continue reading

Eunhee’s Diary –EunHae ‘dating’ Moment- [Third]

-3rd-

A Little Jealousy

 

-Tra Palace Apartment-

Donghae menyeruak di antara Donghwa dan Eunhee lalu dengan seenaknya merangkulkan lengannya di bahu wanita itu. Sama sekali tak peduli pada keterkejutan Donghwa. Ia bahkan tak menyapa sang kakak dan langsung menggiring Eunhee ke pintu keluar.

“Ayo! Bukankah kau takut kemalaman sampai di Mokpo!” tukasnya santai.

“Aigoo… Hae, setidaknya. Kau sapa dulu kakakmu,” gerutu Eunhee sembari memaksa Donghae menghentikan langkahnya.

Donghwa terkekeh pelan melihat tingkah sang adik lalu memilih untuk berjalan di samping mereka. “Sudahlah! Donghae benar. Eomma akan khawatir kalau kita tak segera sampai di Mokpo,” gumamnya bijak.

“Nah, lihat! Hyeong saja tak ambil pusing, kenapa justru kau yang marah?” sambung Donghae puas lalu kembali merangkulkan lengannya di pinggang Eunhee.

  Continue reading

Eunhee’s Diary –EunHae ‘dating’ Moment- [Second]

-Second-

The Roses

 

 

—————————————–

 

“Kita akan ke mana?” Eunhee menggerutu ketika Donghae tak juga berhenti menariknya sesuka hati.

“Ke tempat di mana kita bisa menghabiskan waktu berdua,” balas Donghae sambil terus berjalan menuju sebuah taman luas yang kini ramai dipadati pengunjung. Walau cuaca terasa amat dingin di musim gugur seperti saat ini, tak menghentikan niat orang-orang itu untuk menikmati suasana merah yang kini menghiasi tempat itu.

Donghae menghentikan langkahnya tepat di depan danau buatan yang airnya tampak sangat tenang lalu mengajak Eunhee duduk di salah satu kursi taman panjang di pinggir danau.

“Kau sudah pernah ke mari?”  tanya Donghae dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

“Sudah. Di hari kedua aku di sini.”

“Ah, sayang sekali. Aku bukan orang pertama yang membawamu ke mari.”

Eunhee mengalihkan perhatiannya dari danau dan menatap Donghae bingung. “Kenapa kau harus jadi yang pertama?”

“Karena aku ingin jadi yang pertama di hatimu.”

Eunhee tertegun. Tak pernah menyangka bahwa Donghae akan mengatakan hal semacam itu. Selama ini ia selalu berpikir bahwa Donghae tak lagi menginginkannya karena selama tiga tahun terakhir, lelaki itu tak pernah menghubunginya.

“Hae, jangan membuatku berharap terlalu banyak bila pada akhirnya kau tak bisa menepatinya,” balas Eunhee muram.

Continue reading

STORM -EunHae Couple- [Part 4-END]

Part 4

 

 

 

-Mokpo, Juli 2006-

“Bagaimana?” Eunhee tersentak mendengar gumaman Donghwa. Seolah baru tersadar dari mimpinya, mata bulat gadis itu membelalak lebar menyaksikan pemandangan sekitarnya. Sebuah taman yang kini disulap menjadi restoran romantis dengan sebuah meja yang sudah disiapkan khusus untuknya. Tak hanya itu, baliho besar berisi ungkapan hati Donghwa yang dipajang pada batang pohon maple di hadapannya menarik perhatian Eunhee. “Saranghae,” Donghwa berbisik seolah semua yang ia siapkan masih belum cukup untuk mengutarakan isi hatinya. “Hee?”

“Eh?” Eunhee yang memang sejak tadi sibuk dengan pikirannya tentang sikap dingin yang ditunjukkan Donghae, sama sekali tak sadar ketika Donghwa menggiringnya ke tempat itu. “Oppa…”

“Sekarang kau yakin kalau aku benar-benar menyukaimu, bukan?” Donghwa memamerkan senyum terbaiknya dan menatap Eunhee provokatif.

Eunhee terdiam cukup lama. Matanya mencari-cari binar kejujuran dalam tatapan Donghwa. Menduga bahwa ini hanya permainan Donghwa untuk menggodanya tepat di hari ulang tahunnya. Gadis itu tertegun, mendapati tatapan mata itu benar-benar jujur. Tak ada sedikit pun binar kebohongan yang tersirat di sana. “Oppa…” desisnya sekali lagi, membuat dirinya sendiri merasa bodoh karena hanya kata itu yang bisa ia ungkapkan.

“Kalau kau memang belum memiliki jawabannya sekarang, aku akan me…” Donghwa tak melanjutkan kalimatnya ketika tiba-tiba kepala Eunhee berpaling ke arah sebuah keributan berasal.

Di sana, tepat di depan pagar rumahnya Kim Hyang sook—Ibu Donghae—tengah mencegah anak keduanya yang memaksa kembali ke Seoul malam itu juga. Bukan itu yang membuat Donghwa resah, melainkan gerak-gerik Eunhee yang menunjukkan ketidakrelaannya pada kepergian Donghae, seolah-olah… apa yang susah payah disiapkannya itu, sama sekali tak berarti bagi Eunhee.

“Hee?!”

“Eo?” Sekali lagi gadis itu tersentak dan buru-buru mengalihkan perhatiannya dari asal keributan tadi pada pria tampan di hadapannya. Walau terlihat sekali bahwa ia sangat tidak rela melakukannya. 

Donghwa menghela nafasnya kasar. Mau tidak mau ia harus menyadari bahwa keberadaan Donghae lebih berarti di mata gadis itu. Tapi sekali lagi ia berusaha menyangkalnya. Rasa egoisnya kembali meninggi. “Bagaimana? Apakah kau sudah memiliki jawabannya?” desaknya sekali lagi. 

“Oppa… aku…” Eunhee menundukkan kepalanya, lalu sekali lagi menoleh ketika mendengar deru mesin mobil yang menandakan kepergian Donghae dari arah depan. Ekspresi kecewa kini tergambar jelas di wajah Eunhee. 

Kesal karena Eunhee kembali mengacuhkannya. Donghwa meraih kedua bahu Eunhee dan menghadapkan tubuh gadis itu padanya. Pria itu menatap mata Eunhee, meminta penjelasan, “Hee… kau…” ia tak melanjutkan kalimatnya ketika melihat gadis itu menganggukkan kepalanya.

“Mianhae Oppa! Aku mencintai Dong—“ 

“Cukup!” sela Donghwa cepat. Ia melepaskan cengkramannya pada bahu Eunhee lalu memutar tubuhnya membelakangi si gadis. Menyembunyikan ekspresi kecewa dari dirinya.

“Oppa!” Donghwa kembali memutar tubuhnya menghadap Eunhee, saat ia mulai berhasil menghalau rasa kecewa di lubuk hatinya ke tingkat paling rendah. Pria itu menatap Eunhee lurus-lurus.

“Apa kalian menjalin hubungan?” Eunhee membelalak kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan Donghwa. Tapi akhirnya gadis itu menggeleng sebagai jawaban. “Apa kau sudah mengatakan padanya, bahwa kau menyukainya?” Sekali lagi Eunhee menggeleng, “Apa Donghae pernah mengatakan bahwa ia menyukaimu?” Jawaban yang sama kembali diperlihatkan Eunhee dan hal itu membuat Donghwa tersenyum miris. “Kalau begitu, ungkapkan semuanya pada Donghae malam ini juga. Dan jika ia menolakmu, maka kau harus memberiku kesempatan membuatmu melupakannya dan mulai menatapku.”

“Oppa—“

“Aku tidak akan memberimu kesempatan untuk yang kedua ka…” Donghwa menghentikan kalimatnya ketika tiba-tiba Eunhee berlari meninggalkannya. Air mata kini benar-benar membasahi pipi pucat Donghwa, menyadari bahwa kisah cintanya benar-benar akan berakhir malam ini juga.

  Continue reading

STORM -EunHae Couple- [Part 3]

Part 3

 

 

 

 

-Tra Palace Apartment-

“Aku… atau Donghwa Hyeong?” Donghae sendiri merasa bodoh mengapa ia menanyakan hal semacam itu pada Eunhee, padahal sudah jelas Eunhee adalah istrinya dan ia memiliki hak penuh atas wanita itu. Namun melihat ekspresi Eunhee yang tampak tak peduli terhadap pertengkarannya dengan Donghwa tadi, membuatnya tak bisa menahan pertanyaan itu di tenggorokan saja.

Eunhee sendiri cukup terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Donghae, hingga untuk beberapa saat ekspresi datarnya pecah. Tapi sekali lagi, ia mampu mengembalikan ekspresinya kembali tenang. “Jadi, sekarang kau membebaskanku untuk memilih, Donghae-sshi?” Eunhee menarik salah satu sudut bibirnya membentuk senyum getir.

“Bukankah itu yang kau inginkan?” Donghae membalas pertanyaan Eunhee dengan menantangnya. Ia sendiri sadar kalau pertanyaannya itu akan semakin memperkeruh suasana, namun sekali lagi, emosinya sudah terpancing. Hingga Donghae tak sanggup lagi menahan ucapan yang akan ia lontarkan.

“Ya, memang itu yang kuinginkan Donghae-sshi. Syukurlah kau akhirnya sadar,” Eunhee berbohong. Wanita itu berusaha menarik sudut bibirnya membentuk senyuman, walau kini keadaan hatinya jauh dari kata senang. “Kurasa kau sudah tau siapa pilihanku.” Wanita itu melanjutkan, masih dengan nada datar seperti sebelumnya. Walau kini hatinya terasa sakit bagai diremas kuat, Donghae hanya bisa diam, menanti jawaban apa yang akan diberikan Eunhee. “Aku tidak akan memberatkanmu Donghae-sshi, kalau kau memang ingin lepas dariku. Aku tidak akan—“

“Aku menyuruhmu memilih. Bukan berarti aku ingin menyingkirkanmu!” sela Donghae cepat, merasa Eunhee mulai salah paham terhadap maksudnya.

Eunhee tertawa hambar lalu menantang tatapan mata Donghae dengan pandangan meremehkan. “Kalau begitu, kenapa kau masih bertanya Lee Donghae-sshi? Bukankah itu artinya, kau tak ingin ada yang mengganggu hubunganmu dengan Son Eun—“

“Jangan memutarbalikkan pembicaraan!!!” Donghae kembali memotong kalimat Eunhee kedua tangannya kini mencengkram kuat kedua bahu Eunhee dan mengguncang tubuh wanita itu sedikit keras, “Saat ini kita sedang membahas tentang Donghwa Hyeong. Itu sama sekali tak ada hubungannya dengan Eunseo.”

“KAU EGOIS!!!” Eunhee menjerit frustasi, wanita itu meninju dada bidang Donghae bertubi-tubi. Pertahanannya pecah mendengar cara Donghae menyebut nama wanita itu. Entah mengapa Eunhee merasa cara Donghae menyebut nama aktris itu terdengar begitu akrab dan istimewa. Hal itu mengundang air mata Eunhee yang memang sudah mendesak untuk dikeluarkan. “Kalau kau boleh menuntut tentang Donghwa Oppa, lalu kenapa aku tak boleh menuntut tentang wanita itu?” balas Eunhee berang, “Sekarang bagaimana kalau aku yang memintamu memilih antara aku dan wanita itu?”

Dengan kecepatan yang tak terbayangkan Donghae menarik tubuh Eunhee ke dalam pelukannya. Mendekap tubuh ramping itu dengan posesif. “Tentu saja aku akan memilihmu. Kau sudah tau itu,” desis Donghae pelan.

Eunhee menegang. Aliran hangat terasa begitu nyata di sudut hatinya. Namun egonya masih begitu kuat ketika mengingat adegan kemesraan Donghae dengan sang aktris, hingga detik berikutnya wanita itu kembali mendorong tubuh Donghae menjauh. “Kalau memang begitu, kenapa kau mengikuti acara konyol semacam itu?”

“Eunhee-a, aku sudah bilang padamu. Aku tak bisa menolaknya. Kau—“

“Dulu kau bilang semua kabar burung yang menyatakan bahwa kau akan mengikuti acara itu tidak benar. Kau juga bilang bahwa kau akan meminta ijinku dulu sebelum bermain di acara tersebut. Tapi kenapa? Kenapa kau tak mengatakannya padaku? Kau tau Lee Donghae-sshi? Aku merasa dikhianati. Kau…” Eunhee tak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya, karena kini rasa sesak kembali melandanya. Tenggorokannya tercekat seolah ada yang akan meledak jika terpancing dengan satu sentuhan pelan. “Aku menyesal tak memilih Donghwa Oppa!” tambahnya lirih sebelum akhirnya membalik tubuh dan menutup pintu kamar dengan bunyi berdebam keras.

Donghae terhenyak. Jantungnya berdenyut sakit. Rasa bersalah sekaligus penyesalan menguasai dirinya. Ucapan Eunhee di akhir kalimatnya membuat rasa sesak menguasai dirinya hingga Donghae tak kuasa menahan air matanya yang mulai menganak sungai. “Jadi… apakah itu artinya kau lebih memilih Donghwa Hyeong?” lirih Donghae lebih pada dirinya sendiri sambil mengacak rambutnya frustasi, “Harusnya aku tak pernah mengikuti acara semacam ini!” keluhnya penuh penyesalan. Dialihkannya tatapannya pada pintu kamar yang tertutup rapat dan menggedornya kuat-kuat, “Hee… kumohon buka pintunya!” tapi tetap tak ada jawaban dari dalam.

  Continue reading

STORM -EunHae Couple- [Part 2]

Part 2

 

 

 

-Mokpo, Desember 2005-

“Myoci, hey… kau mau ke mana?” Seorang gadis dengan rambut acak-acakan sehabis bangun tidur berlari-lari kecil mengejar seekor kucing berwarna coklat dengan belang-belang hitam di hadapannya. Tapi tiba-tiba gadis itu tampak gelisah saat tak menemukan keberadaan kucing kesayangannya tadi, karena si kucing berlari dengan gesitnya masuk ke dalam semak-semak taman samping rumahnya. “Aiishh… dasar nakal! Awas nanti kalau ketemu,” gerutu gadis itu kesal.

Ia terus mencari ke sana ke mari, tapi tak juga menemukan hasil. Dan hal itu cukup untuk membuat emosinya semakin memuncak. “Kau mencari apa?” sebuah suara yang berasal dari sebelah kanannya mengusik perhatian gadis itu.

“Oh, Donghae-a… apa kau melihat kucingku?” tanya gadis itu saat mengenali sosok pria yang memanggilnya. 

Pria bernama Donghae itu berdiri dari posisi jongkoknya dengan menggendong seekor kucing yang tadi dicari si gadis, “Kucing ini?” 

Desah lega terdengar dari mulut gadis itu dan detik berikutnya, kucing coklat itu sudah berpindah dalam pelukannya. “Aiishh… dia memang nakal! Menyusahkan saja! Gomawoyo Donghae-a,” gumam si gadis penuh syukur. 

“Ya! usiaku lebih tua darimu, kenapa kau tidak sopan begitu padaku, he?” protes Donghae sembari menggerutu.

Gadis itu tertawa lebar, “Ah, kau ini. Kita sama-sama adik Donghwa Oppa, itu artinya… tak masalah bagiku memanggil namamu.”

“Aiiisshh… kau diskriminatif sekali. Atas dasar apa kau membuat teori seperti itu?” Donghae berusaha menampakkan wajah kesal untuk menggoda gadis cantik di hadapannya.

“Atas dasar fakta yang menyatakan bahwa kau adalah anak manja,” Gadis itu menjulurkan lidahnya dan berlari menghindari Donghae yang mulai mengutuk-ngutuk marah hendak memukul gadis itu.

“Ya! Eunhee-a, awas kau!” serunya lantang sambil terus mengejar si gadis yang terus saja berlari menghindar. “Jangan percayai apa kata Donghwa Hyeong, dia hanya berbohong soal sifat manjaku,” ungkap Donghae sembari terengah dan berusaha mengatur nafasnya yang masih satu-satu. 

Eunhee yang masih berlari sambil tertawa tak begitu awas dengan kondisi sekitarnya, hingga ia hampir saja tertabrak pick-up yang tengah melintas di jalanan depan rumahnya. Beruntung Donghae dengan sigap menarik lengan Eunhee dan detik berikutnya gadis itu sudah berada dalam dekapan Donghae. Kucing yang tadi digendongnya melompat begitu saja hingga menyisakan dirinya dan Donghae yang kini berdiri tanpa jarak apapun kecuali pakaian yang mereka gunakan saat ini.

Tanpa bisa dicegah, jantung Eunhee berdentum keras. Memompa darah lebih cepat hingga menimbulkan desiran hangat di sudut hatinya. Eunhee bisa merasakan deruan nafas hangat Donghae menyapu keningnya juga aroma parfum bercampur bau keringat pria itu menusuk indera penciumannya. Sadar akan posisinya yang terlalu intim dengan pria tampan itu, Eunhee buru-buru melepaskan dekapan Donghae. Eunhee menunduk, berusaha menyembunyikan pipinya yang memerah karena malu. Baru kali ini dirinya mendapat perlakuan seperti itu dari seorang pria dan hal itu membuatnya kelimpungan. “Go-gomawoyo Donghae-a,” gumamnya lirih sembari membungkuk. Namun belum sempat Donghae membalas ucapannya, Eunhee sudah berlari menuju rumah, meninggalkan Donghae seorang diri.

  Continue reading

STORM -EunHae Couple- [Part 1]

Marahlah padaku! Makilah diriku!

Bahkan, pukullah aku…!

Jika kau benar-benar ingin menumpahkan amarahmu padaku.

Jangan hanya diam dan mengabaikanku begini,

Karena sesungguhnya, ketakutan terbesarku adalah…

‘Ketidakpedulianmu’….

Lee_Donghae_

 

 

Part 1

-Lokasi Syuting-

“CUT!!!” Sudah kali ketiga director acara reality show tersebut berteriak frustasi ketika melihat ekspresi Donghae yang sama sekali tak berubah sejak pertama pria tampan itu menampakkan diri di lokasi syuting. “Donghae-sshi, bisakah kau lebih fokus? Ekspresimu sama sekali tak menunjukkan seseorang yang akan bertemu ‘istri’nya,” tegur sang director.

Donghae tersenyum tipis lalu membungkuk pada semua kru yang berada di sana, “Mianhae Kamdoknim, bisakah kita beristirahat sebentar?” pintanya sembari berharap istirahat sejenak bisa mengembalikan emosinya ke titik normal.

“Baiklah, 10 menit break!” perintah director tersebut lalu beranjak dari kursi lipatnya.

Donghae menunduk lalu memijat pelipisnya yang terasa nyeri. Tidak fokus. Itu yang terjadi padanya hari ini. “Wenniriya Hae? Kau ada masalah?” Leeteuk yang hari itu juga tengah menjalani syuting bersama Donghae, menghampiri. Pria yang baru saja memasuki usia 30 tahun itu tampak khawatir ketika melihat kondisi Donghae sore ini. “Sejak tadi kau hanya diam, murung, dan sekarang… syuting bagianmu tertunda lagi. Ada apa sebenarnya?” desak Leeteuk saat Donghae hanya diam dan tetap menunduk memijat pelipis dengan ujung jarinya.

Mianhae Hyeong, aku membuat proses syuting jadi terhambat,” balas Donghae akhirnya, tapi balasan itu sama sekali tak menjawab rasa penasaran Leeteuk.

“Kau teringat Appa-mu?” tebak Leeteuk tak mau menyerah dan Donghae hanya menggeleng, “Kau bertengkar dengan Eunhee?” Sejenak, Donghae mengangkat kepala menatap sang Leader grup tanpa kata, tapi detik berikutnya pria tampan itu kembali menggeleng lemah. “Lalu… apa yang terjadi padamu sebenarnya?” Leeteuk mulai frustasi karena sama sekali tak mendapat jawaban, “Tidak biasanya kau menyimpan masalahmu sendiri seperti ini.”

Menyimpan masalahku sendiri? Bagaimana bisa aku menceritakan masalahku, bila semuanya masih belum begitu jelas bagiku, batin Donghae miris. Donghae tersenyum kecut saat kenangan tak diundang kembali hadir dalam benaknya.

Continue reading