STORM -EunHae Couple- [Part 1]

Marahlah padaku! Makilah diriku!

Bahkan, pukullah aku…!

Jika kau benar-benar ingin menumpahkan amarahmu padaku.

Jangan hanya diam dan mengabaikanku begini,

Karena sesungguhnya, ketakutan terbesarku adalah…

‘Ketidakpedulianmu’….

Lee_Donghae_

 

 

Part 1

-Lokasi Syuting-

“CUT!!!” Sudah kali ketiga director acara reality show tersebut berteriak frustasi ketika melihat ekspresi Donghae yang sama sekali tak berubah sejak pertama pria tampan itu menampakkan diri di lokasi syuting. “Donghae-sshi, bisakah kau lebih fokus? Ekspresimu sama sekali tak menunjukkan seseorang yang akan bertemu ‘istri’nya,” tegur sang director.

Donghae tersenyum tipis lalu membungkuk pada semua kru yang berada di sana, “Mianhae Kamdoknim, bisakah kita beristirahat sebentar?” pintanya sembari berharap istirahat sejenak bisa mengembalikan emosinya ke titik normal.

“Baiklah, 10 menit break!” perintah director tersebut lalu beranjak dari kursi lipatnya.

Donghae menunduk lalu memijat pelipisnya yang terasa nyeri. Tidak fokus. Itu yang terjadi padanya hari ini. “Wenniriya Hae? Kau ada masalah?” Leeteuk yang hari itu juga tengah menjalani syuting bersama Donghae, menghampiri. Pria yang baru saja memasuki usia 30 tahun itu tampak khawatir ketika melihat kondisi Donghae sore ini. “Sejak tadi kau hanya diam, murung, dan sekarang… syuting bagianmu tertunda lagi. Ada apa sebenarnya?” desak Leeteuk saat Donghae hanya diam dan tetap menunduk memijat pelipis dengan ujung jarinya.

Mianhae Hyeong, aku membuat proses syuting jadi terhambat,” balas Donghae akhirnya, tapi balasan itu sama sekali tak menjawab rasa penasaran Leeteuk.

“Kau teringat Appa-mu?” tebak Leeteuk tak mau menyerah dan Donghae hanya menggeleng, “Kau bertengkar dengan Eunhee?” Sejenak, Donghae mengangkat kepala menatap sang Leader grup tanpa kata, tapi detik berikutnya pria tampan itu kembali menggeleng lemah. “Lalu… apa yang terjadi padamu sebenarnya?” Leeteuk mulai frustasi karena sama sekali tak mendapat jawaban, “Tidak biasanya kau menyimpan masalahmu sendiri seperti ini.”

Menyimpan masalahku sendiri? Bagaimana bisa aku menceritakan masalahku, bila semuanya masih belum begitu jelas bagiku, batin Donghae miris. Donghae tersenyum kecut saat kenangan tak diundang kembali hadir dalam benaknya.

——————————–

“Kau boleh memarahiku, kau boleh memakiku, bahkan kau boleh memukulku. Tapi tolong Hee… jangan mengabaikanku begini!” protes Donghae kesal saat Eunhee tak juga mempedulikannya dan tetap berpura-pura fokus pada majalah mode yang dibacanya. Sudah tak terhitung berapa kali malam ini Donghae meminta perhatian Eunhee. Namun seperti biasa, wanita cantik itu sama sekali tak menganggap keberadaan Donghae.

Tak berapa lama, Eunhee bergumam, “Aku lelah…” Meletakkan majalah mode di atas meja kaca, Eunhee beranjak dari sofa dan meninggalkan Donghae seorang diri tanpa sedikit pun menoleh padanya. Sementara Donghae hanya bisa tertegun memandangi punggung istrinya hingga menghilang di balik pintu kamar. Malam itu pun berlalu dengan kesunyian seperti dua malam sebelumnya.

————————————-

Semenjak kepulangan Donghae dari SS4 Bangkok tiga hari yang lalu, sikap sang istri berubah kaku padanya. Tak ada lagi senyum tulus yang biasa tersungging dari bibirnya, tak ada lagi sapaan sayang yang selalu diberikan Eunhee untuk Donghae, apalagi sebuah ciuman, belaian dan pelukan. Apa yang dilakukan Eunhee, hanya semata-mata seperti sebuah kewajiban seorang istri pada suaminya. Tidak lebih. Bahkan… yang membuat Donghae terperangah dan merasa sedih, Eunhee menyematkan sapaan resmi padanya. Seolah-olah, mereka bukanlah sepasang suami istri yang sudah lama menjalani pernikahan dan hanya dua orang yang baru saling mengenal satu sama lain.

Awalnya Donghae sempat heran dengan perubahan sikap istrinya, karena setiap kali ditanya, Eunhee mengatakan tak ada apa-apa. Tapi tentu saja Donghae tak serta merta percaya dengan jawaban Eunhee itu. Dan semalam, ia baru menemukan sebab berubahnya sikap Eunhee—ketika secara tak sengaja Donghae menemukan sebuah tabloid yang sudah lusuh di tempat sampah, dalam tabloid itu memuat berita keikutsertaan dirinya dalam acara reality show terkenal yang kini tengah dimainkannya—walau sang istri sama sekali menyangkal dugaannya itu.

“Hae… gwaenchana?! Kamdoknim meminta melanjutkan syutingnya,” Donghae terperanjat menyadari ia telah melamun begitu lama dan buru-buru mengangguk menjawab pertanyaan Leeteuk. Berulang kali dirinya menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Berharap dengan begitu, semua beban dalam benaknya menghilang bersama udara yang dikeluarkannya.

 

-CHA Hospital, Gangnam-gu-

“Jangan terlalu banyak memikirkan masalah berat. Karena faktor psikologis juga sangat mempengaruhi kesehatan kandungan. Hindari Stress, agar janin yang Anda kandung tidak terganggu.”

Eunhee mendudukkan diri di sebuah bangku panjang di koridor Rumah sakit, ketika merasa kepalanya mendadak pusing. Pesan sang Dokter kandungan kembali terngiang dalam benaknya. Senyum miris tersungging di bibir mungil Eunhee ketika mengingat masalah yang kini menimpa rumah tangganya. Betapa pun ia mencoba menahan diri untuk tak terganggu dengan berita yang kini beredar luas di masyarakat tentang acara baru yang melibatkan suaminya itu, tapi tetap saja semua itu mempengaruhi emosinya yang sedang tak stabil akibat kehamilannya yang memasuki usia 4 minggu.

Senyum kecut kembali tersungging di bibir Eunhee ketika pandangannya tertuju pada sepasang suami istri yang tengah duduk di salah satu kursi tunggu Rumah sakit. Menunggu giliran menemui Dokter kandungan. Sang suami tengah mengelus-elus perut buncit istrinya, sementara sang istri tersenyum penuh kasih pada suaminya. Dari tatapan matanya saja, Eunhee tau kalau pasangan suami istri itu saling mencintai dan benar-benar bahagia dengan kehadiran calon bayinya.

Hati Eunhee bagai teriris mengingat nasib rumah tangganya saat ini. Donghae tak akan mungkin melakukan semua itu padanya di depan umum. Selama ini, pernikahannya dan Donghae memang sengaja disembunyikan dari publik. Hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahuinya dan hadir ke pernikahannya. Semua ini dilakukan untuk memenuhi kesepakatan dengan pihak agensi yang belum memperbolehkan Donghae menikah lebih dulu, hal itu juga dilakukan demi menjaga keselamatan Eunhee dari serangan fans-fans Donghae yang terkenal sangat posesif terhadap idolanya. Selama ini Eunhee mencoba bersabar dan mengerti semua itu sebagai resikonya memiliki suami yang begitu terkenal dan dicintai banyak orang.

Namun kini, kenyataan yang begitu menyakitkan membuat Eunhee meradang. Apalagi kalau bukan keikutsertaan suaminya dalam reality show yang memasangkan sepasang selebritis sebagai pasangan suami istri. Acara konyol!, batin Eunhee kesal. Itu artinya, Donghae akan memperlihatkan kemesraannya di depan umum bersama wanita yang kini didapuk menjadi ‘istri’nya di acara itu. Menunjukkan kekagumannya pada wanita itu, bahkan memperlakukan wanita itu sebagai seorang istri yang begitu dicintainya. Hal yang tak pernah didapatkan Eunhee sebagai istri sah Donghae. Bagaimana mungkin wanita yang baru dikenal Donghae beberapa bulan lalu mendapatkan pengakuan sebagai istrinya di mata publik?, batin Eunhee frustasi.

“Hee?!” Eunhee tersentak ketika mendengar suara berat yang begitu familiar di balik punggungnya.

“Oppa?!” pekiknya senang ketika berbalik dan mendapati seorang pria tampan yang kini berdiri tegak di hadapannya.

-Tra Palace Apartment-

Melangkah gontai, Donghae melewati lobby apartement luas bernuansa putih dan coklat susu itu. Ekspresi wajahnya tampak murung. Bukan karena hujan lebat di luar yang tak kunjung berhenti, tapi rasa hatinya yang masih saja diliputi awan mendung sejak 3 hari yang lalu. Syuting hari ini telah usai walau berakhir lebih malam dari perkiraan sebelumnya. Semua itu juga karena kesalahannya yang terlalu banyak melamun dan hampir saja mengacaukan proses produksi acara itu. “Malam Tuan Lee,” sapa salah seorang security yang tengah berjaga.

Donghae hanya tersenyum tipis lalu mengangguk kecil tanpa menjawab sapaan pria paruh baya bernama Ban Jingoo itu dan melanjutkan langkahnya memasuki lift menuju apartemennya di lantai 12. Setibanya di depan pintu berwarna putih itu, untuk sepersekian detik Donghae tertegun. Bayangan wajah Eunhee yang begitu datar akhir-akhir ini kembali terbayang di benak Donghae. Aku harus menjelaskan semuanya malam ini tak peduli Eunhee menolak atau tidak, aku tak akan membiarkan masalah ini berlarut-larut, tekad Donghae dalam hati lalu menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menarikan jemarinya di panel pintu itu dengan komposisi yang sudah dihafalnya luar kepala.

“… hahaha…” Tawa renyah yang sudah hampir seminggu tak didengarnya, menyambut kedatangan Donghae tepat saat pintu terbuka dengan bunyi ‘tililit’. Hatinya menghangat mengetahui tawa itu kembali bergaung di telinganya, walau ia pun belum tau alasan Eunhee tertawa. “Ya! jangan terlalu banyak Oppa! Aku kan tak…”

Oppa?, batin Donghae bingung. Ia tak lagi mendengarkan kalimat Eunhee selanjutnya dan kini justru sibuk dengan pikirannya yang semakin berkecamuk. Efek Wine yang tadi diminumnya—sesuai tuntutan script acara reality show yang dimainkannya—bahkan belum sepenuhnya hilang, ditambah dengan kenyataan sang istri tengah bercanda dengan pria-yang-disebutnya-Oppa di apartemen mereka sendiri membuat Donghae tak dapat menahan diri lagi.

Dengan gerak cepat, Donghae melepaskan Nike abu-abunya di foyer dan mengganti dengan sandal rumah berwarna biru lembut yang sudah disediakan di sana. Kakinya melangkah lebar-lebar menuju asal suara pria dan wanita yang kini tengah bercanda dengan sesekali tertawa lepas. Untuk sesaat, Donghae mematung di depan pintu dapur yang berada tepat di samping foyer. Mendapati sepasang pria dan wanita tengah sibuk mengolah sesuatu di counter dapur. “Hyeong?!” sebut Donghae ketika mengenali sosok pria tinggi yang kini berdiri di samping Eunhee.

“Ah… Donghae-a! Kau sudah pulang rupanya,” sambut pria tampan yang dipanggilnya Hyeong itu dengan tawa lebar, sedangkan Eunhee tetap tak menoleh dan masih sibuk mengolah masakannya. “Aku tadi bertemu Eunhee di rumah sakit, lalu mengantarnya pulang,” jelas pria itu tanpa ditanya, “Tapi… karena la—“

“Oppa! Ramennya sudah siap!” Eunhee menyela kalimat pria itu sambil memamerkan sepanci ramen yang masih mengepulkan asap putih di tangannya. Nada bicara Eunhee terdengar riang, jauh berbeda dibandingkan sikapnya pada Donghae akhir-akhir ini. Eunhee bahkan tak menyapa Donghae saat berjalan melewatinya menuju meja makan yang terletak di sebelah ruangan. Seolah-olah, Donghae sama sekali tak berada di tempat itu.

“Ah… akhirnya!” Pria tampan itu melepaskan celemeknya dan berjalan mengikuti Eunhee ke meja makan. “Yak! Hae-a, kalau kau belum makan. Ayo, kita makan bersama!” ajak pria itu pada Donghae sambil melambaikan tangannya.

Donghae diam. Tangannya mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya. Mencoba menahan emosinya hingga ke titik paling rendah. Namun sia-sia saja ketika dilihatnya sang istri kini tengah bercanda di meja makan bersama pria itu. Kenangan masa lalunya kembali berkelebat melihat keakraban mereka berdua.

————————————-

Donghae tersentak saat dua telapak tangan hangat menutup kedua matanya. Berikutnya terdengar suara lembut seorang gadis yang bergumam, “Tebak, siapa aku!” Senyum Donghae terkembang mengetahui si gadis yang menutup matanya itu berusaha menyamarkan suaranya agar tak dikenali Donghae. Tapi anehnya, Donghae sama sekali tak mengenali suara gadis itu. Siapa sebenarnya gadis ini?, batin Donghae bingung berusaha menebak gadis jahil yang mengerjainya itu.

“Hey… ka—“

“Omo!!!” Donghae menghentikan kalimatnya ketika tiba-tiba dua tangan lembut tadi tak lagi menutupi matanya, justru seruan kaget gadis itu yang terdengar di telinganya. “Oppa?! Jadi…”

Donghae mengernyit heran. Setelah berhasil menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia dapat melihat kehadiran kakaknya—Lee Donghwa—tengah menahan senyum geli di ujung tangga teras rumahnya. “Ya! Eunhee-a, apa yang kau lakukan di sana?” Donghwa bertanya—yang Donghae yakini pada gadis di belakangnya—walau sekuat tenaga masih berusaha menahan tawanya.

Jadi, gadis tadi teman Donghwa Hyeong?, batin Donghae geli lalu buru-buru menoleh ke belakang.

Seorang gadis cantik berambut hitam legam yang dikuncir dua berdiri di hadapannya. Gadis itu tersenyum malu-malu pada Donghae. Semburat merah di kedua pipinya menunjukkan apa yang dirasakannya saat ini. “Mi-mianhaeyo… kupikir… kau… Donghwa Oppa!” gumam gadis itu terputus-putus, tapi tak berapa lama gadis itu kembali bergumam, namun kali ini dengan suara yang lebih tinggi dan tempo lebih cepat dari sebelumnya, “tapi sungguh… kau benar-benar mirip dengannya! Apakah kalian…” Gadis bernama Eunhee itu menghentikan kalimatnya ketika melihat seringai yang tiba-tiba terbentuk di bibir tipis Donghae. Entah mengapa, ia benar-benar merasa terhibur dengan tingkah gadis lugu di hadapannya.

“Lee Donghae, adik Donghwa Hyeong.” Mata bulat gadis itu terlihat semakin lebar mendengar penjelasan Donghae.

“Jadi… kau… adik Donghwa Oppa yang… anggota Super Junior itu?” tebak Eunhee senang sambil mengarahkan jari telunjuknya pada Donghae, “Aigoo… kenapa aku bisa tak mengenalimu?!” keluh Eunhee sambil menggaruk belakang kepalanya.

“Babo!” Donghwa yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelah Eunhee, menepuk puncak kepala gadis itu pelan. 

“Aiisshh… appo!” Eunhee menggerutu sambil melirik Donghwa dengan tatapan memprotes sedangkan pria itu hanya membalasnya dengan tatapan penuh kasih sayang lalu mengacak-acak rambut Eunhee gemas. 

Kakak sulung Donghae itu pun merangkul bahu Eunhee. “Nah, sekarang… kalian akan kuperkenalkan secara resmi,” mulai Donghwa, “Hee… ini Donghae, adikku satu-satunya… dan Hae, dia Eunhee… kekasihku satu-sa—“ 

“Ya!!!” Donghwa memegangi pinggangnya yang dicubit Eunhee, “sejak kapan kita pacaran, he?” protes Eunhee tak terima sementara Donghwa masih mengeluh kesakitan karena cubitan Eunhee di pinggangnya. 

“Aiiishh… kau sepertinya tak terima sekali kalau kubilang begitu,” Donghwa pura-pura mengeluh.

“Tapi itu kan memang tidak benar!” bantah Eunhee jujur.

“Hah… baiklah… baiklah! Tak apa kau sekarang tak menjadi kekasihku, tapi nanti kau menjadi istriku.”

Mata bulat Eunhee melotot, “Mwo?” 

Detik berikutnya, kedua orang itu sudah berlarian di pekarangan rumah dengan Eunhee yang mengutuk-ngutuk, dan Donghwa yang tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Donghae, hanya bisa melongo menyaksikan tingkah dua orang di hadapannya. Tapi anehnya, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya merasa tak nyaman. Namun, Donghae tak tau itu apa?

———————————

“Hae, jangan melamun saja! cepatlah ke mari, sebelum Mie-nya habis dimakan Ibu hamil yang rakus ini,” celetukan Donghwa mengembalikan Donghae ke masa kini.

Diliriknya kembali Eunhee dan Donghwa yang kini tengah bercanda di meja makan. Seperti beberapa tahun silam, perasaan yang sama timbul dalam benak Donghae. Rasa sakit yang sama seperti saat pertama kali ia bertemu dengan wanita yang kini menjadi istrinya itu. Namun sekarang, Donghae tak lagi buta akan perasaannya. Bahkan, rasa sakit yang dirasakannya kini, jauh lebih perih dari yang ia rasakan dulu.

Tanpa disadari, kaki Donghae melangkah lebar-lebar. Lalu dengan sekali gerakan tegas, ia menarik pergelangan tangan Eunhee hingga istrinya itu terkesiap dan menatap Donghae bingung. Namun seolah tak peduli dengan tatapan aneh yang dilayangkan Eunhee juga Donghwa padanya, Donghae terus menarik Eunhee masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya keras-keras, “Lepaskan!” jerit Eunhee sembari menepiskan lengannya dari cengkraman kuat tangan Donghae. “Neo, Miccheosseo?” serang Eunhee marah, “Apa kau tidak malu bertengkar di hadapan kakakmu sendiri?”

“Apa kau pantas marah setelah apa yang kau lakukan tadi?” balas Donghae tak mau kalah. Kali ini emosinya benar-benar tersulut. Kecemburuan benar-benar telah menguasai dirinya.

“Oh… jadi sekarang kau cemburu pada kakakmu sendiri,” sindir Eunhee dingin, “Tapi maaf Lee Donghae-sshi, kecemburuanmu sama sekali tidak beralasan.”

“Berhenti menyebutku Lee Donghae-sshi!!!” protes Donghae tegas, “Dia memang kakakku, tapi kau jangan pura-pura lupa bagaimana perasaannya padamu!”

Eunhee mendengus, “Kalau begitu, urus saja istri terbarumu. Aku sedang malas bertengkar denganmu! Dan tentang perasaan Donghwa Oppa, itu hanya masa lalu,” Eunhee hendak pergi dari ruangan itu, namun kedua tangan Donghae dengan sigap mencengkeram bahunya.

“Kita belum selesai Eunhee-a,” tahan Donghae setengah berbisik, tepat di depan wajah Eunhee.

Kernyitan heran tergambar jelas di wajah Eunhee, ketika wanita itu merasakan aroma alkohol yang menguar dari desah nafas Donghae yang memburu. “Kau… mabuk?” desis Eunhee tak percaya. Baru kali ini ia mengetahui sang suami minum-minuman keras. Karena yang ia tau—pria yang sudah hampir setahun ini menjadi suaminya—tak pernah suka menyentuh minuman beralkohol. Sekalipun teman-temannya melakukannya.

Donghae mencibir, “Jadi kau masih peduli padaku?!” tukasnya lengkap dengan senyum mengejek.

Eunhee buru-buru memasang kembali ekspresi datarnya yang sengaja ia latih selama beberapa hari ini, “Tsk, aku sama sekali tak peduli. Kau mau minum berapa botol pun, itu terserah padamu Lee Donghae-sshi,” kilah Eunhee lalu berusaha menepis cengkeraman tangan Donghae di bahunya. Tapi tak berhasil.

“Sudah berapa kali kubilang, jangan sebut aku begitu!” protes Donghae kesal sembari memperkuat cengkeramannya di bahu Eunhee, hingga wanita itu meringis kesakitan.

“Kau menyakitiku Lee Donghae-sshi!” Eunhee terus meronta, mencoba melepaskan diri.

Donghae bergeming, ia justru mendekatkan wajahnya pada wajah Eunhee hingga wanita itu bisa merasakan deruan nafas cepat Donghae yang beraroma alkohol menyapu wajahnya. Menimbulkan sensasi menggelikan di sekujur tubuh Eunhee, ketika nafas hangat itu menyentuh pori-pori kulitnya. “Kita bukan dua orang yang baru saling mengenal Hee, bahkan… kau adalah istriku. Seseorang yang kini tengah mengandung darah dagingku sendiri. Berhenti bersikap seolah-olah kita ini orang lain!” Walau gagal, Donghae terus berusaha membuat suaranya sedatar mungkin.

Eunhee mendengus keras, lalu memalingkan wajahnya. Menghindari tatapan mata Donghae yang selalu berhasil membuat sesuatu di dalam dirinya bekerja ekstra, “Yeah, dan aku benar-benar menyesal telah menerimamu, dan menolak pinangan Donghwa Oppa.”

Tertegun. Ucapan Eunhee tadi bagai sebuah anak panah tak terlihat yang menusuk tepat di jantung Donghae. Memberikan beribu-ribu kali lipat rasa perih yang mencekik hingga ke tenggorokannya. Air mata kini benar-benar memburamkan pandangan Donghae pada wanita di depannya. Cengkraman tangannya pun melemah, membuat Eunhee dengan mudah melepaskan diri dan pergi begitu saja. Meninggalkan Donghae yang masih mematung di dalam kamar seorang diri.

  

-Mokpo, Desember 2005-

“Aku mencintai gadis itu,” Donghae terkesiap, tak ada yang bisa diucapkannya lagi ketika mendengar sang kakak berujar dengan mata berbinar-binar penuh cinta. “Sudah sekian lama kami dekat, semenjak dua tahun yang lalu ia dan keluarganya menempati rumah Bibi Jung di depan rumah kita itu. Kau tau? Sejak pertama bertemu dengannya, aku sudah yakin kalau dia akan menjadi gadis yang istimewa untukku,” Donghwa terus bercerita dengan penuh semangat yang tanpa disadarinya, Donghae sejak tadi meremas pinggiran celana pantai yang kini dikenakannya, “Tapi…”

“Tapi?” ulang Donghae bingung. 

“Tapi ia sepertinya hanya menganggapku sebagai sahabatnya,” Donghwa melanjutkan, “Yeah… aku memang belum menyatakan perasaanku yang sebenarnya pada Eunhee. Karena setiap kali aku akan mengungkapkannya, ia pasti akan membelokkan pembicaraan serius kita menjadi candaan lagi,” keluh Donghwa dramatis, sedangkan Donghae hanya bisa tersenyum miris mendengar cerita sang kakak tentang gadis yang sudah selama seminggu ini menjadi penghuni tetap di otaknya, atau bahkan mungkin… hatinya. “Menurutmu… apa yang harus kulakukan untuk meyakinkannya?”

Donghae tertegun. Rasa sakit yang sama kembali menelusup ke dalam kalbunya. Seseorang yang ia sayangi menanyakan ‘cara untuk menyatakan cinta’ pada gadis yang membuatnya tertarik. Tentu saja hal itu membuat Donghae bisu dan sama sekali tak dapat merangkai kata-kata untuk sekedar menjawab pertanyaan  sederhana itu. Suasana hening seketika, hingga hanya desir angin pantai dan debur ombak yang terdengar. “Oppa… apa yang kalian lakukan di sana? Ayo… cepat kemari! Daging panggang buatan Ahjumma sudah siap disantap!”

Kedua pria tampan itu pun reflek menoleh ke arah sumber suara. Seorang gadis cantik memakai T-shirt putih berlengan pendek dan hotpant berwarna coklat muda tengah melambai pada mereka dari kejauhan. Serentak, senyum manis tersungging di wajah dua bersaudara tersebut, seolah menunjukkan rasa yang kini terpendam dalam benak kedua pria tampan itu.

 

-Maret 2012-

Donghae meremas kuat-kuat kertas kecil yang tertempel di sisi lemari pendingin. Rasa sesak kembali menyelimuti hatinya setelah semalam pertengkarannya dengan Eunhee membuat hubungan mereka semakin buruk. Eunhee tak tidur di kamarnya, wanita itu memilih mengunci diri di kamar sebelah yang sama sekali tak pernah mereka gunakan sebelumnya. Dan kini, pagi-pagi sekali, wanita itu sudah meninggalkan apartment dengan hanya meninggalkan secarik kertas kecil berisikan ‘Makanan sudah siap’. Hanya itu yang tertulis di sana. Tak ada ucapan sayang, tak ada permintaan maaf, tak ada satupun kalimat yang menyinggung pertengkaran mereka.

Donghae bisa merasakan kaki-kakinya melemas. Ia pun memilih untuk menarik kursi dan duduk di sisi meja makan. Pandangannya menerawang menatap foto pernikahan mereka yang terpajang indah di sisi ruang tamu. Senyum tulus yang tersungging di bibir Eunhee saat pernikahan itu berlangsung terpampang jelas dalam ingatan Donghae. “Sudah tak berartikah diriku untukmu Hee? Kau pikir aku peduli untuk sekedar mencicipi rasa nasi dan lauk yang kau buat itu?” Donghae mulai meracau. Air mata kini kembali menggenang di pelupuk matanya ketika mengingat kata terakhir yang dikumandangkan Eunhee semalam. Ia sama sekali tak menyangka bahwa keikutsertaannya dalam acara itu akan berpengaruh besar pada rumah tangganya.

Donghae menyadari dirinya salah karena membiarkan sang istri tau dari orang lain tentang berita itu, hingga dirinya tak sempat menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya pada Eunhee. Karena setiap kali Donghae membuka mulut untuk mengungkapkan, lidahnya terasa kelu dan pada akhirnya tak ada satu kata pun yang berhasil ia ucapkan. Nasi telah menjadi bubur. Eunhee benar-benar marah atas kejadian itu, ia sendiri pun tak mampu untuk menolak tawaran yang sudah menjadi kesepakatan bersama antara pihak agensi dengan pihak penyelenggara acara tersebut. “Aku tak ingin kehilangan istriku, tapi aku pun tak ingin mengorbankan karirku dengan mengesampingkan profesionalitasku. Apa yang harus kulakukan?” desah Donghae frustasi sambil memijat pelipisnya yang belakangan sering sekali terasa nyeri.

-Han River-

Langit pagi ini begitu cerah setelah semalaman hampir membuat Ibu kota Korea Selatan itu tenggelam karena seluruh isinya ditumpahkan. Panasnya terik matahari tak menyurutkan niat Eunhee untuk duduk di salah satu kursi panjang di tepi sungai Han. Rambut panjangnya beterbangan tertiup angin yang lumayan kencang di pinggiran sungai yang membagi kota Seoul menjadi dua bagian itu.

Eunhee sengaja pergi dari apartemennya pagi-pagi sekali untuk menyembunyikan bengkak matanya setelah menangis semalaman. Betapapun dirinya mencoba untuk menekan emosinya ke tingkat paling rendah, tetap saja semua itu tak dapat mencegah anak sungai yang terbentuk di kedua pipinya. Tentu saja apa yang dikatakannya semalam bukanlah hal yang sebenarnya. Ia benar-benar mencintai Donghae dengan segenap hatinya, dan sama sekali tak menyesal menikah dengan pria itu. Walau kini ia harus menahan sakit mendengar kabar hubungan Donghae dengan wanita yang kini dipasangkan dengan suaminya itu. Wanita yang telah mencuri predikatnya sebagai ‘istri’ Donghae di mata publik.

“Aku tau kau di sini,” Eunhee tersentak ketika mendengar suara Donghwa dari balik punggungnya dan detik berikutnya sebuah tangan besar mengelus puncak kepalanya lembut. “Kau bertengkar dengan Donghae,” kalimat itu tidak diucapkan dengan nada bertanya, namun Eunhee tak dapat menahan diri untuk mengangguk. Donghwa mengambil posisi duduk di sisi Eunhee, lalu mendekap kepala gadis itu, “Menangislah! Tumpahkan semua sesak yang ada di hatimu,” bisiknya lembut.

Mianhaeyo Oppa… semalam… semalam…”

“Sudahlah! Kubilang menangis saja… jangan kau pikirkan apa yang terjadi semalam,” sergah Donghwa sambil terus membelai puncak kepala Eunhee. Walau kini gadis itu telah menjadi adik iparnya, tapi rasa yang dimilikinya untuk Eunhee belum sepenuhnya hilang. Setiap kali ia mendapati Eunhee bersedih, hatinya terasa sakit seolah-olah ikut merasakan apa yang gadis itu rasakan.

 

-COEX, Event Organizer-

Donghwa menghentikan Ford hitamnya tepat di depan gedung megah tempat Eunhee bekerja. Diliriknya wanita cantik di sampingnya itu, lalu tersenyum lembut. “Gomawo Oppa, Mianhaeyo… aku selalu merepotkanmu,” gumam Eunhee lirih.

Donghwa mengacak-acak puncak kepala Eunhee dengan sayang, “Jangan sedih lagi, kau harus kuat demi bayi yang ada dalam kandunganmu. Tentunya kau tak ingin kehilangan calon anakmu itu kan?” Walau perih menyadari anak yang dikandung Eunhee adalah darah daging adiknya sendiri, Donghwa mencoba untuk tetap tersenyum.

Ne, Uisanim,” sambut Eunhee yang sekuat tenaga menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Ia tak ingin mengecewakan Donghwa yang sudah berbaik hati menghiburnya hari ini.

“Bagus! Jangan lupa rutin periksakan kandunganmu ke Dokter. Kalau kau tak punya teman, aku akan menemanimu,” Donghwa memperingatkan sekaligus menawarkan.

“Aisshh… Dokterku yang satu ini benar-benar cerewet ternyata. Ya sudah, aku turun dulu. Aku sudah terlambat 30 menit,” keluh Eunhee berlebihan.

“Syukurlah! Kau sudah bisa mengomel, dan itu artinya… kau sudah lebih baik sekarang,” balas Donghwa sembari tersenyum.

“Bagaimana tidak lebih baik? Bukankah ada seorang Dokter yang bersedia mengobatiku?” Eunhee mencoba berkelakar, dan hal itu tanpa disadarinya membuat sesuatu yang sudah lama tersimpan dalam hati Donghwa kembali mengemuka. “Aku pergi dulu! Hanbonman… gomawoyo Oppa,” tambah Eunhee sebelum keluar dari mobil Donghwa.

Eunhee melambaikan tangannya dan berdiri diam menatap Ford hitam itu hingga menghilang dari arah pandangnya. Senyum yang semula tersungging di bibir Eunhee menghilang berganti dengan ringisan sakit saat sebuah tangan besar mencengkeram lengan atasnya dan membalik paksa tubuh ramping Eunhee. Bagaikan tertimpa ribuan bongkah es batu yang dengan seketika membekukan tubuhnya hingga membuat pasokan oksigennya menipis. Eunhee menarik nafas dalam-dalam, mendapati sepasang bola mata jernih yang menatapnya tajam.

Mata itu. Walau sebagian wajah pria di hadapannya tertutup masker. Tapi sorot mata yang menyiratkan amarah besar pemiliknya itu, membuat tubuh Eunhee seketika membeku. Tanpa di sadarinya, bibir Eunhee membuka dan menggumamkan kata “H-hae..” lirih, nyaris seperti bisikan kacau.

TBC

66 thoughts on “STORM -EunHae Couple- [Part 1]

  1. Huaaaa jadi ikut nangis,,,,, bisa ngerasain perasaan EunHae…. Kasian bayinya…. Hueeeeeee Tapi lebih panjang konfliknya kyknya keren!! Jdi tiap hari bakal keinget ma Eunhae mulu hehehhe

  2. Eonniyang,…#treak brg kyu
    Saeng coment pke akun fb dlu aj,..

    Oh, baiklah,..
    FF ne ngingetin masa suram JiKyu wktu di FF I’m Sorry That I have made you cry,..

    Qta pux masalah yg sma, yah..
    Acara Konyol, eon stuju bukan acara konyol,..
    gmna lo pemikiran mutilasi bersma tu qta laku.in eon,..#lirik nenek tua

    Donghwa? waduh saingan kuat nih, bsa gtu ya, hee lbih kenal hwa dlu tpi lbih milih hae,..
    takdir ‘mingikat’,..

    Lee Donghae, kau pux masalah bsr!
    tanggung jwb sono, masa bru dpt kabar bgs tentang dedeq skrang buat kabar bruk tentang acara konyol,..!

    Marahlah padaku! Makilah diriku!
    Bahkan, pukullah aku…!
    Jika kau benar-benar ingin menumpahkan amarahmu padaku.
    Jangan hanya diam dan mengabaikanku begini,
    Karena sesungguhnya, ketakutan terbesarku adalah…
    ‘Ketidakpedulianmu’….

    cie cie, dh lbih bgs nih kykx kalimat puitisx,..hihihi

    Saeng tgu JiKyu.a disini,..eh?

    • Eh?? napa pake akun FB saeng? akunmu yg Blogger kenapa?

      Iyah… skrg giliranku yg bergalau ria, tapi galauku lebih parah dari Jikyu. Secara WGM-nya ama si Son Eunseo alias Nenek sihir itu bakal lebih lama hiksss TT-TT #NangisDidadaHwa
      Ayoo saeng!! #siapinPisauBedah :p

      Aduh… padahal puisinya blepotan gitu dibilang bagus wkwkwk… kalah mah ama puisi buatan saeng ^^
      Aisshh… mau ngeksis mulu nih Jikyu kkkk

  3. Saeng lge bka blog mimi eonni jd g pke blog hyunjidevilkyu,..hehehe
    khan mau post FF donge,..

    hahaha, yah bergalau ria,..
    masalahx disini ad tanggungan dedeq kecil, lo JiKyu masih mau main” dlu,..kekekekeke

    Ayo eon saeng dkung, kykx lo saeng perlu bli tiket buat wujud.in mutilasi nenek tua tuh,..heheheehe

    Ah, g kow dh dlm bgd tuh puisix,..
    hihihi, kalah apx, Puisi JiKyu bysa aj kow,..

    harus dong,..
    Ya! EunHae aj eksis di FF JiKyu,.. O,o

    • Oh… gitu! Ntar jangan lupa kasih link-nya yah… klo dah dipost kkk ^^
      Iyah, kasian si dedeq… appa-nya keasyikan kencan ama si nenek lampir #pundungDiPojokan

      Boleh2, ntar langsung kubakar aja tuh rumahnya #sadisKumat
      Kalah jauh mah ama puisi Jikyu. Klo ni kan cuma puisi anak TK xixixiix

      Hoahahaha… ditagih!! :p
      Ntar yah… klo EunHae jadi baikan. Klo gak… entahlah! :p

      • saeng ksi di chat aj,..^^

        ringisan seorang eunhee,..#eaaa

        sbar eon, sabar,..
        inget ad dedeq noh,..

        eh? puisi ank TK aj kyk gne ap lge puisi yg dh bsr,..ehm
        kebiasan eon selalu kyk gne,.. O,o

        iy dh iy, kalah jau ma JiKyu,..hayo

        kekekeke, ne ditagih,..
        mna mna,..
        aigu, kta entahlah itu meragukan,..

      • Hoahahah… begitulah!
        Iyaa kok, emang kalah kkkk #nyadar
        Yah… ditunggu aja deh.
        BTW, makasih yaa Link-nya. akhirnya bisa baca lanjutan FF fav-ku lagi ^^

  4. OMG!!!! mengapa permaslahannya jadi besar begini? keduanya punya ego yang besar hingga maslahnya jadi ruet gak karuan begini.

    Daebak!!!!
    Eon, liat blogku deh… ada FF baru…. *sempet-sempetnya promosi*

  5. eiiiiiii knpa TBC ==
    feel’a dpet bgd. galau galau ToT
    eunhee-a, aq jg ngrasa’n gmna sakit’a liat si mahluk setan cho kyuhyun itu harus mesra2n di dpan kamera sma ajumma2 ganjen#curcol
    tp kan kasian jg hae, jgn lama2 ya di kacang’n.. gg smw salah’a hae jg kan. tp ttep bkin sakit mata jg sih liat hae sma ajumma gila tuh
    ya udh deh ane rnggu lanjutan’a
    kkkkk

    • Hahaha… Ne~
      Sakit banget rasanya huhu… yg bentar ajah #lirikKyu udah bikin banyak fans-nya belingsatan… apalagi yg lama kayak Hae Hah… #tarikNafas
      Maunya sih gak lama2… tapi klo Haenya tetep tengil aja ama si cewe ganjen ntu, aku gak segan2 bakal mempertimbangkan Donghwa #Plakk XD

      Ne, ditunggu aja ^^

  6. feelnya dapet bgt
    galau euy galau
    kasian eunhee tp mgkn dia tambah cemburuan efek dede bayi kali ya
    jdi cwo dimasa lalunya tu donghwa kirain ilwoo
    pdhl duluan kenal donghwa tp knp kawin ma hae??
    harus ada flasbacknya tu
    hati2 hae tr eunheenya diambil donghwa loh kan dia msh ada rasa tu
    knp tbcnya disitu sih??
    hae cemburu bgt tu pasti liat istrinya dianter kakaknya
    lanjutannya cepetan ya

    • Ne, Donghwa. Klo Ilwoo kan cuma sahabat doank ^^
      Pasti ntar diselipin flashback-nya kok. Ni FF juga sekalian ngejelasin gimana awalnya Hee ama Hae ketemu 🙂
      Waduh… gak janji bisa cepet kkkk

  7. Ini FF galau segalau galaunya ya HAHAHA *plak* Salah elu sih hae. Istri lu kan berhak tau jg! *PLAK!*

    Dan, oke, kenapa harus Donghwa? Kenapa gak Kyuhyun gitu? *duakduakkk*

    Hae, Hwaitinggg!!!

  8. hee nya kok jahat…?

    Kan hae cuma profesionalitas aja…kalo mau ceburin aja pasangannya ke jurang, biar hae nya ga ikutan..

    *mulai ngaco*

    ditunggu lanjutannya author…

  9. Woah~
    coba aja donghae berani blg jjur soal acara itu
    psti ga kyk gni
    kan kasian Eunhee n bayi mereka
    Donghwa oppa baik yaa
    ahaha…
    Mnding sma aku aja :p #kidding ._.v
    *lari k’part slanjut’ny*

  10. nyasar lagi ke wp ini XD

    kenapa jadi gini 😦 pada ga mau kalah egonya gede ni, seharusnya ada yg ngalah demi hubungan mereka
    part selanjutnya udah ada kan ya? ijin baca part selanjutnya unnie ^^ *sokakrab XD

  11. hiks,,,,*lap ingus dulu*
    hah,speechless,,,,,
    sumpah,konfliknya berasa bgt,jadi ikut terbawa suasana,,,huaa,,,aq nangis lho bacanya,cuma krn wgm sialan itu,eunhae jadi berantem kan,,,

    lanjut baca lagi ah,,,

  12. Konflik nya terasa sekali, ternyata Eunhee marah krn Donghae oppa tdk jujur atau blm memberitahunya sedari awal kalau ia ikut WGM dimana ia selalu hrs romantis thdp istri virtual nya. Dan kebetulan jg pernikahan mereka berdua blm diketahui oleh publik krn agency Donghae oppa melarangnya. Aduh kasihan Eunhee nya sedih banget plus sedang hamil lagi, namun berkat kehadiran Donghwa oppa senyum Eunhee muncul kembali. tetapi hal ini malah menimbulkan konflik baru di rumah tangga mereka krn Donghae oppa tdk suka kalau Eunhee terlalu dekat dgn Donghwa oppa krn di masa lalu yg sebetulnya juga suka terhadap Eunhee bukan hanya Donghae oppa tetapi Donghwa oppa jg. Saatnya baca part selanjutnya

  13. Eunhee yg sabar yah jgn terlalu dipikirkan kasian babyny,wlw merasa kecewa dan cemburu tapi itu kan tuntutan pekerjaan hae oppa sbg publik pigur,wlw hae oppa ikutan acara begituan tetap kan cintanya cuma buat eunhee

  14. Sakit kalo jadi Donghae, selalu dibikin cemburu sama siDonghwa,
    tp disisi lain juga kasian sam Eunhee, suaminya bakalan ikut WGM tp kaga minta izin dulu sama istrinya,
    tp saya juga sebel sama Eunhee, kalo lg ada masalah dirumah ajah napa, ?malah ketemu donghwa, eh dia malah ngajakin masuk keapartemen , gimana Donghae kaga marah,

    dipart ini saya lg sebel. ok next part 😀

Leave a reply to kimbyen Cancel reply