Just Get Married [Chapter 2]

Chapter 2

 

 jgm

 

 

-Lee Donghae, Buono Cafѐ-

“Kami pulang dulu, Sajangnim!”

Aku mengangkat wajah, tersenyum dan mengangguk pada beberapa orang karyawanku yang telah bersiap untuk pulang. Refleks, aku melirik jam dinding kafe berwarna biru pucat yang tergantung di sudut kiri ruangan. Jam 11 malam.  Kafe sudah tutup sekitar setengah jam yang lalu. Ah, hampir saja lupa!

Aku bergegas mengejar Janghyuk yang baru saja melintas dan memanggilnya. “Janghyuk-ssi, kemarilah dulu.” Kulambaikan tangan pada karyawan baru itu. Baru dua hari ia bekerja di sini, dan aku mensyukuri keberadaannya karena dengan begitu aku bisa memanfaatkannya untuk suatu keperluan tertentu.

Tanpa sadar aku menyeringai mengingat kejadian pagi tadi. Walau sempat kaget apa yang kuharapkan terjadi lebih cepat dari perkiraanku sebelumnya. Tapi syukurlah semua berjalan sesuai rencana. Eunhee benar-benar datang, dan begitu mudahnya masuk dalam permainanku. Well, walau reaksinya memang tak seperti yang kubayangkan.

Oh, Lee Donghae kau tahu bagaimana gadis itu. Pasti tak akan mudah mendapatkannya.

Ne, Sajangnim. Ada perlu denganku?”

Sengaja kuberikan senyum terbaikku pada pemuda itu. Pagi tadi setelah menerima instruksiku, aku bisa menangkap keterkejutan dan kebingungannya dengan perintah anehku itu. Patut kusyukuri karena ia mampu menjalankan tugas gila itu dengan baik tanpa bertanya-tanya apa maksud dan tujuanku melakukannya. Janghyuk telah membuktikan kesetiaannya padaku menjalankan tugas dengan baik, walau tugas itu membuatnya harus melakukan sandiwara yang tak sesuai dengan hati nuraninya sendiri. Sudah sepantasnya ia mendapat penghargaan kan?

“Untukmu.”

Aku mengangsurkan sebuah amplop berisi uang padanya. Bisa kulihat dia terkejut.sama terkejutnya dengan tadi pagi saat mendapat perintah gila itu.

“Ambillah!” paksaku ketika ia tak juga menyambut uluran tanganku.

“Tapi—”

“Oh ayolah. Aku bukannya ingin memecatmu. Dan ini bukan uang pesangon. Aku juga telah memberikan sejumlah yang sama pada Haemi yang telah membantu meletakkan kecoa di makanan gadis itu.”

Ragu-ragu, akhirnya dia menerima uang itu. Sekali lagi aku tersenyum.

“Kerja bagus.” Kutepuk pundaknya pelan dan ia hanya mengangguk. “Pulanglah!”

“Emm.. Sajangnim?”

Ne?

“Bolehkah aku tahu, apa tujuanmu melakukan semua sandiwara itu?”

Aku hanya mengulum senyum membalas pertanyaan Janghyuk. Belum saatnya kuceritakan semua. Nanti, bila pernikahan itu benar terjadi.

Kulihat Janghyuk tiba-tiba mengangguk. Kurasa ia mengerti bahwa aku tak bersedia menjawab pertanyaannya.

“Kalau begitu, aku pergi dulu!” katanya setelah membungkuk satu kali.

Aku mengangguk dan menatap punggung Janghyuk yang menjauh hingga menghilang di ujung dinding.

Lee Eunhee… Tiba-tiba saja bayangan gadis serampangan itu menyelinap masuk dalam pikiranku. Dia gadis ceroboh, aneh dan… benar-benar tak terduga! Hingga aku membutuhkan persediaan digitalis hanya untuk berjaga-jaga jika saja denyut jantungku berubah tidak normal saat berada di dekatnya.

Aku masih ingat betapa marahnya dia pagi tadi. Kalau tak begini, ia tak akan pernah tahu siapa pemilik kafe langganannya ini.

Sudah sejak lama diam-diam aku memerhatikan Eunhee setiap kali gadis itu datang ke kafe ini. Aku bahkan hafal di mana meja dan apa makanan favoritnya. Awalnya hanya ketertarikan biasa. Tapi malam itu, saat tiba-tiba ia datang bersama seseorang dari masa laluku. Aku jadi bertekad untuk melindunginya!

Kim Woobin. Teman sekelasku semasa SMA. Teman yang juga telah merebut perhatian Yera, gadis yang kucintai saat itu. Cinta pertamaku. Bila ia benar-benar menyayangi Yera sepenuh hati, mungkin aku tak akan pernah merasa sesakit ini. Tapi ia telah mencampakkan Yera-ku setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Hingga semua itu membuat Yera menyerah dan mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atap sekolah.

Hanya aku yang tahu depresi yang diderita Yera saat itu. Tapi aku tak bisa melaporkan kelakuan Woobin karena aku tak memiliki cukup bukti untuk menjerumuskannya ke penjara. Lagi pula, Yera tak akan pernah memaafkanku bila aku sampai melakukan itu.

Kini, kejadian itu seolah terulang semenjak Eunhee membawa Woobin ke mari. Aku yakin Woobin belum berubah. Dan cepat atau lambat, Eunhee juga akan diperlakukan sama seperti gadis-gadis lainnya.

Kecurigaanku seakan terbukti ketika malam itu, sepulang dari kafe, aku melihat Eunhee duduk seorang diri di sebuah halte. Ia tampak begitu berantakan dengan mata sembab dan hidung memerah sehabis menangis. Diam-diam, aku mengikutinya. Dan sama sekali tak menyangka bahwa malam itu pulalah aku mendapatkan tawaran tak terduga darinya, justru di saat pertama kali kami punya kesempatan mengobrol secara langsung.

Ya, gadis itu memang gila dan tentu saja, sangat sulit ditebak. Ia gampang sekali mencetuskan satu hal. Dan menyesalinya pada detik berikutnya. Namun itulah yang membuatnya menarik di mataku. Mungkin sejak saat itulah ketertarikanku padanya semakin meningkat. Entahlah, aku juga tak mengerti dengan jalan pikiranku sendiri.

Sejak malam itu, aku merasakan perubahan niatku mendekati Eunhee. Semula aku hanya berpikir untuk membalas dendam pada Woobin. Tapi kini perasaan itu seolah tergerus pada saat melihat betapa menyedihkannya gadis itu saat menangis.

Lagi pula, bila memang semua yang kulakukan ini hanya untuk membalas dendam pada Woobin. Tak mungkin aku berbuat segila ini dengan mempertaruhkan reputasi kafe-ku sendiri.

Lee Eunhee, aku harus mendapatkan gadis itu. Bagaimanapun caranya.

Dengan begitu, semua yang kuinginkan bisa terjadi. Membalas dendam pada Woobin—walau aku sama sekali tak yakin Woobin akan merasa terganggu hanya karena aku mendekati Eunhee, mendapatkan tambahan modal usaha dari Ayahku yang angkuh, dan terpenting juga paling kuinginkan adalah aku bisa mendapatkan wanita yang kusukai.

Mendadak aku merasa murung. Tidak yakin dengan apa yang kuharapkan tadi. Melihat betapa teguhnya penolakan Eunhee pagi tadi, kurasa ini tak akan mudah. Tapi tunggu dulu, bukankah dia gadis yang tak terduga. Ia bisa melakukan apa saja yang tak pernah terpikirkan orang lain sebelumnya, pada saat dirinya terdesak. Oh, semoga saja! Sebelum Woobin kembali mengacau lagi dalam kehidupannya.

Haruskah aku menyusun rencana lain untuk mendapatkannya? Tapi apalagi yang harus kulakukan? Sesuatu yang kira-kira bisa memancingnya membuat keputusan gila secara spontan.

Oh, berpikirlah Lee Donghae! Kau seorang CEO, hal-hal manipulatif begini adalah bidangmu.

Perlukah aku datang ke rumah orang tuanya untuk—ah, tidak, tidak. Itu sama sekali bukan dirimu, Lee Donghae! Kau harus ingat bahwa dalam hal ini kau harus bermain seolah-olah bukan kau yg membutuhkannya. Tapi dia yang membutuhkanmu dan memohon-mohon agar kau bisa membantunya!

Mendatangi keluarganya hanya akan menghancurkan reputasimu—Oh, ponselku! Aku refleks merogoh saku celanaku di mana benda kotak itu bergetar. Sebenarnya siapa yang malam-malam begini repot meneleponku?

Nomor tak dikenal? Aku mengernyit bingung. Namun mendadak aku berharap ini telepon dari gadis gila itu—ah, tidak mungkin! Dia tak tahu nomor ponselku. Kau terlalu berharap, Lee Donghae! Biarpun gadis itu serampangan, tak mungkin secepat ini ia berubah pikiran.

“Yeobose—”

Jika tujuanmu untuk membalas dendam. Lupakan saja!

Suara ini?

“Kim Woobin?!”

Kontan aku ternganga. Kudengar lelaki itu tertawa. Apa tujuannya meneleponku setelah sekian lama kita tak berhubungan lagi?

Tunggu, balas dendam?

Jauhi Eunhee! Dia milikku!

Aku terbelalak. Bahkan sama sekali tak sadar telah beranjak dari tempatku duduk. Lee Eunhee? Tapi dari mana dia tahu? Mungkinkah Eunhee yang mengatakannya? Tapi bagaimana mungkin setelah apa yang gadis itu ucapkan pagi tadi? Oh Lee Donghae, sekali lagi kau melupakan kenyataan bahwa gadis itu gila! Pasti Woobin telah melakukan sesuatu yang membuat gadis itu terpaksa mengambil keputusan aneh seperti ini.

“Aku tak mengerti maksudmu,” kataku pura-pura bodoh.

Ada berapa banyak lagi nama Lee Donghae si pemilik kafe terkenal di kota ini?

Aku benar-benar heran sekarang. Tapi aku punya firasat baik untuk hal ini. Apakah Eunhee sengaja menyebut-nyebut namaku untuk membuat lelaki ini cemburu? Tanpa sadar, aku menyeringai teringat betapa gilanya gadis itu.

Aku tahu kau sengaja mendekati gadisku. Sejak pertama dia mengajakku makan di kafe-mu. Aku sudah memiliki pemikiran buruk, kau akan memanfaatkannya untuk membalas dendam padaku.

Kali ini aku tak dapat menahan diri untuk tertawa. Jadi, dia cemburu padaku? Kupikir ia hanya berniat mempermainkan Eunhee seperti gadis-gadis lainnya. Tapi bila dilihat dari gelagatnya memperingatkanku agar menjauhi Eunhee, kurasa ia tak main-main soal ini.

Well, apa yang dilakukan Woobin kini justru mendorongku untuk semakin memperjuangkan Eunhee. Bila dari kemarin keinginanku untuk memperistrinya hanya ada di skala 8,5 maka sekarang keinginan itu sudah meningkat skala 10.

“Silakan kalau kau memang berpikir begitu,” balasku santai dan aku bisa mendengarnya mendengus marah di ujung sana. Permainan ini semakin menyenangkan saja! “Lagipula, Eunhee bukan gadis bodoh yang bisa kau tipu selamanya. Ia tak akan berpaling darimu bila kau—“

Tidak seperti Yera-mu itu?!

Aku mengatupkan bibir rapat-rapat. Beruntung ia berada jauh di ujung sana. Kalau tidak, aku pasti sudah meninjunya hingga terjengkang. Entah mengapa mendengarnya berkata begitu, kebencianku padanya semakin meningkat. Yera, tunggulah. Aku akan segera membalaskan dendammu!

Jangan merasa senang dulu. Walaupun Eunhee telah mengatakan pada orang tuanya bahwa kau adalah kekasihnya. Aku akan segera merebut hati Eunhee kembali!

Tunggu. Telepon terputus. Untuk beberapa saat aku tak sadar masih tetap menempelkan ponsel itu di telingaku padahal sudah tak ada suara lagi dari seberang sana.

Jadi, Eunhee bilang pada orang tuanya bahwa aku adalah kekasihnya? Demi keindahan kota Paris, aku sama sekali tak menyangka bahwa kegilaan gadis itu telah mencapai tingkat maksimal. Sama sekali tidak tertolong!

Well, tapi ini menguntungkan. Kau hanya perlu menunggu saja hingga besok gadis itu kembali muncul di hadapanmu.

-Banpo Remian Apartment, Gangnam-

Aku mengerang ketika merasakan sesuatu yang empuk memukul ringan wajahku. Refleks tanganku meraba benda itu. Sepertinya sebuah bantal. Siapa sebenarnya yang iseng melemparkan bantal ke wajahku?

“Ayo cepat banguuun!!!”

Astaga! Itu suara Hyukjae. Dengan malas aku malah menelungkupkan tubuhku dan menutup telinga dengan bantal yang tadi dilemparkannya.

“Kalau kau tak mau bangun. Aku akan ikut tidur di sini bersamamu.”

Apa? Sontak aku beranjak duduk dan melemparkan tatapan kesal pada sahabat baikku itu.

“Sebenarnya apa yang kau lakukan di kamarku pagi-pagi sekali?” tanyaku kesal dan sialnya dia malah tertawa.

“Aku tak tahu kau begitu takut dikira gay,” ejek Hyukjae masih dengan seringai geli andalannya.

“Aku masih normal, Hyuk!” Sengaja, aku memberengut dan menendang bokong Hyukjae yang kini dengan santainya mencoba beberapa parfum kesayanganku.

“Aku ke mari untuk mengajakmu ke gym. Sudah lama kita tak berolah raga,” katanya santai sambil menyemprotkan Bvlgari milikku ke lehernya.

Aku menggeliat dan bangkit dari tempat tidur. Hyuk benar. Sudah lama aku tak berolah raga.

“Tunggulah di luar. Aku mau mencuci muka dan gosok gigi dulu.”

Hyukjae tak beranjak dari tempatnya. Kini, ia malah merebahkan dirinya di tempat tidur. “Aku akan menunggu di sini,” katanya santai.

“Kalau niatmu untuk tidur lagi. Sebaiknya kau kembali ke apartemenmu!”

Hyukjae tak menjawab dan hanya tersenyum lebar. Menyebalkan!

“Jangan terlalu galak, Hae. Kasihan calon istrimu nanti.”

Samar-samar, aku mendengar komentar Hyukjae dari balik pintu. Entah mengapa disinggung soal istri, pikiranku langsung melayang pada Eunhee.

Apa yang sedang dilakukan gadis itu sekarang? Apakah ia sedang menyesali perbuatannya mengakui diriku sebagai kekasihnya? Dari sini aku bahkan bisa membayangkan bagaimana ekspresi bingung gadis itu. Aku yakin, dengan sekuat tenaga ia menahan diri untuk tak mendatangiku di kafe.

Hmm… Kita tunggu saja. Siapa yang akan menang nanti!

Sekitar lima belas menit kemudian, aku membuka pintu kamar mandi. Alangkah terkejutnya aku mendapati Hyukjae malah terlelap di atas tempat tidurku. Begitu nyaman sembari memeluk guling.

Tidak sopan! Pagi-pagi sekali ia datang lalu dengan seenaknya mengganggu tidurku dan di saat aku sudah bangun, dia malah enak-enakan tidur di kasurku.

“Hey! Ayo bangun!” Sengaja kukeraskan suaraku sambil memukuli bokongnya yang sama sekali tidak seksi itu.

Dengan tenangnya dia malah berbalik dan menaikkan selimut sampai sebatas bahu. Sialan! Baiklah. Ada cara jitu untuk membangunkannya! Aku menyeringai geli saat membayangkan bagaimana reaksinya nanti.

Pelan-pelan, aku naik ke atas tempat tidur lalu merebahkan diri di sisinya. Dengan santai pula kulingkarkan lenganku di pinggangnya, lalu bergumam tepat di telinga Hyukjae. “Ah, baiklah kalau itu maumu. Aku juga akan tidur—”

“Oh! Menyingkirlah!”

Kurasakan dia buru-buru bangkit dan menjauhkan tubuhnya dari tubuhku. Seperti seorang gadis perawan yang baru dipaksa sang kekasih untuk melakukan hubungan intim.

Aku tak bisa menahan diri untuk tak tertawa.  “Ternyata kau yang jauh lebih takut dikira gay daripada aku,” kataku penuh nada puas ketika ia beranjak dari tempat tidur seperti anak gadis yang ketakutan. “Aku tak menyangka koleksi video pornomu sama sekali tak membantu,” tambahku dan kudengar dia mendengus.

“Kalau kau sudah selesai. Cepat keluar. Aku menunggumu di meja makan.”

Aku mendengar pintu di belakangku terbanting tertutup.

“Jangan coba-coba menguras habis isi kulkasku, Hyuk!” teriakku yang langsung disambut dengan tawanya yang khas.

Hah… Dasar monyet gila!

Setelah memakai t-shirt abu-abu dan celana olah raga selutut, aku keluar dari kamar. Dari depan pintu, aku bisa melihat Hyukjae sedang asyik menyantap biskuit coklat kesukaanku di meja makan.

“Bisakah kau berhenti mengunyah sebentar saja?” tegurku ketika sampai di sisinya. “Ayo! Berangkat sekarang.”

“Hmm… Sebentar!” balas Hyukjae sambil berusaha mengunyah dan menelan habis biskuit itu di mulutnya.

“Aisshh… Kau—”

Aku buru-buru menghentikan kalimatku ketika mendengar pintu depan tiba-tiba terbuka. Dan yang membuatku lebih terkejut lagi, seseorang yang masuk melewati pintu.

“Eomma?!” tanpa sadar aku bersuara dan kulihat wanita yang telah melahirkanku itu melangkah anggun memasuki ruangan.

“Pagi, Eommonim!”

Sontak aku dan Eomma sama-sama menoleh. Sial! Hyukjae mulai lagi. Sudah bisa kupastikan kini wajah Eomma menjadi semasam buah stroberi yang masih muda.

“Pantas jika kami memaksamu untuk segera menikah,” komentar Eomma dengan ekspresi jijik yang terbaca jelas di wajahnya.

Oh, ya ampun! Dia mengira aku menjalin hubungan spesial dengan Hyukjae? Yang benar saja!

“Ah, menikah?” Aku sengaja mendekat dan merangkulkan lenganku di bahu Eomma. Menggiring wanita yang sangat kusayangi itu ke sofa ruang tengah. Mengabaikan Hyukjae yang terlihat begitu terhibur dengan tingkah Eomma. Sialan! “Tenanglah, secepatnya aku akan segera menikah.” Aku berusaha meyakinkan Eomma ketika kami sudah duduk berdua di sofa.

“Jangan berjanji saja!”

Aku tersenyum. “Kau bisa memercayaiku saat ini,” janjiku mantap, dalam pikiranku aku bisa membayangkan Eunhee yang tiba-tiba datang menemuiku dan meminta untuk segera menikahinya.

Kulihat Eomma sekali lagi melirik ke arah Hyukjae yang hingga kini masih dengan santainya duduk di meja makan. Bergaya seperti seorang istri yang tengah menunggu suaminya. Dari ekspresi yang diperlihatkan Eomma, aku bisa membaca apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Sial! Bercandamu tidak lucu, Hyuk! Awas kau nanti!

“Ah, Eomma jangan berpikiran yang bukan-bukan,” sergahku berusaha menarik perhatian Eomma padaku. “Calon istriku seorang wanita. Wanita tulen!”

Aku bisa mendengar Eomma menghela napasnya lega. Sebegitu tak percayanya kah Eomma padaku? Apakah aku benar-benar terlihat seperti homo? Yeah, aku memang tak pernah berhubungan dengan wanita manapun setelah dengan Yera. Tapi bukan berarti aku akan berpindah haluan!

“Kalau kau terbukti tak bisa memilih calon menantuku dengan benar. Terpaksa, aku yang akan memilihkannya untukmu.”

Kali ini aku yang mendesah. Kupeluk tubuh Eomma yang hingga kini menampakkan ekspresi awas-saja-kalau-kudengar-kau-menikah-dengan-pria-itu. “Baiklah. Kau bisa memegang janjiku.”

“Ah, tunggu!” kata Eomma sesaat sebelum ia beranjak dari sofa. “Aku sampai lupa menyampaikan maksud kedatanganku ke mari.”

Aku mengernyit. Bukan deadline lain lagi, kan? Oh ayolah! Hidupku jadi benar-benar berantakan semenjak Hyeong pergi.

“Appamu bilang, kalau dalam waktu sebulan kau tak bisa mengenalkan calon istrimu pada kami. Sebaiknya lepaskan saja usaha kafemu itu. Dan gantikan Appamu di perusahaan.”

Sudah kuduga! Itulah mengapa aku sangat menentang keputusan Appa untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Sebenarnya untuk apa dia repot-repot menyusahkan diri mencalonkan diri dan malah meninggalkan usaha yang telah lama dirintisnya? Usaha yang juga telah membesarkan namanya?

Oh, Hyeong! Jika saja dia tak kabur ke luar negeri. Mungkin hidupku tak akan sesulit ini.

-Buono Cafѐ-

 

“Oh, aku kenyang!”

Aku melirik Hyukjae yang sedang menepuk-nepuk perutnya dengan puas. Sepulang dari gym, aku dan Hyukjae langsung mampir ke kafe dan makan siang bersama.

Sebenarnya sejak tadi, aku tak hentinya menatap ke arah jalan. Berharap, gadis gila itu akan muncul di sana. Saat tiba tadi, aku bahkan tanpa segan-segan langsung menghampiri Janghyuk dan menanyakan padanya apakah gadis yang kemarin datang lagi? Tapi rupanya, Eunhee memang belum berniat datang padaku.

“Sampai kapan kau akan menunggunya?” Kudengar Eunhyuk bertanya sembari menguap lebar-lebar.

Aku menghela napas, dan meletakkan garpu di atas piringku yang sudah kosong. Pantas saja jika orang tuaku khawatir aku homo, bila setiap hari aku pergi berdua dengan si monyet yadong ini, alih-alih seorang gadis. Oh, betapa rumitnya hidup.

“Kau belum menjawab pertanyaanku,” desak Hyukjae lagi.

“Kalau kau bosan, sebaiknya pulang saja. Apa tak ada hal lain yang bisa kau lakukan selain mengikutiku?”

Hyukjae mendengus dan aku hampir selalu merasa terhibur setiap kali ia begitu. “Tapi aku penasaran sekali dengan gadis itu. Aku ingin tahu siapa sebenarnya gadis yang berhasil membuatmu tertarik.”

Aku melipat tangan dan menaikkan salah satu alisku. “Apa kau cemburu?”

“Ya, aku cemburu!”

Kuambil kain lap di meja dan kulemparkan ke wajahnya. “Awas kalau kau mengerjaiku di depan Eomma lagi! Yang tadi pagi itu sama sekali tidak lucu!”

Kali ini Hyukjae tergelak. “Salah siapa kau memelukku di tempat tidur. Aku hanya menjalankan keinginanmu.”

“Sialan!”

Sajangnim… Sajangnim…!”

Aku segera menoleh ketika mendengar teriakan Janghyuk. “Ada apa?” tanyaku panik.

“Nona itu…”

Janghyuk tak jadi meneruskan ucapannya ketika aku menangkap sosok gadis mungil bergaun santai berwarna biru donker, berjalan mendekat ke arahku. Eunhee memang tak secantik Yera, tapi senyumnya yang manis berhasil membuat siapapun yang melihatnya ikut terbawa dalam kebahagian. Ngomong-ngomong, aku sudah lama tak melihatnya tersenyum. Semua ini karena Woobin. Dan aku bersumpah tak akan pernah memaafkan lelaki brengsek itu!

“Pergilah!” kataku pelan meminta Janghyuk kembali ke tempatnya semula.

Bagus. Dia akhirnya datang juga! Bila dilihat dari wajahnya, aku bisa menebak betapa sulit pergolakan batinnya sebelum ia sampai di sini.

“Itukah gadis yang—“

“Ssshh… sebaiknya kau menyingkir ke meja lain, Hyuk!” perintahku namun tak mengalihkan perhatian dari gadis itu sedikit pun.

Aku bisa mendengar Hyukjae menghela napas tidak rela, dan sedetik kemudian ketika aku menoleh ia sudah pindah ke meja lain yang tak jauh dari mejaku kini.

Haruskah aku pindah ke dalam? Atau… mengajaknya mengobrol di sini saja? Tidak. Kenapa jantungku mendadak berdetak tak kauran begini?

“Erhm…”

Aku pura-pura terkejut mendengar dehamannya. Tapi rupanya gadis gila itu tak sebodoh yang kukira. Ia pasti sadar sejak tadi aku telah memerhatikan kedatangannya. Sangat tidak mungkin kalau sekarang aku terkejut melihatnya ada di depanku.

“Selamat datang kembali, Nona!” kataku manis dan aku bisa mendengarnya mendengus pelan.

Apakah aku pernah bilang bahwa ia tampak begitu menggemaskan saat sedang marah? Well, aneh memang. Tapi kalau boleh jujur, aku ingin sekali mencubit pipinya yang menggembul seperti bakpao setiap kali ia memasang tampang kesal.

“Silakan duduk,” kataku sembari menunjuk kursi kosong di hadapanku. “Atau… kau ingin membicarakan ini di dalam?”

Aku sudah akan beranjak dari tempatku ketika tiba-tiba dengan cepat ia duduk. Aku nyaris terkikik, jika saja aku tak ingat bahwa aku harus tetap terlihat tenang dan berwibawa di hadapan gadis ini.

“Ah, jadi kau tak keberatan pembicaraan tentang rencana pernikahan kita didengar orang lain? Baiklah kalau begitu.” Aku bisa menangkap ekspresi tak terima di wajahnya ketika kata pernikahan kucetuskan. “Oh, kau datang ke mari untuk membicarakan tawaranku, kan? Atau jangan-jangan… kau datang untuk menuntut masalah kecoa?” tambahku buru-buru ketika ia tak juga bersuara.

Kudengar Eunhee menghela napas. Sepertinya sulit sekali baginya untuk mengatakan bahwa ia ingin menerima tawaranku. Tapi aku akan menunggu. Ya, aku akan menunggunya hingga ia siap untuk mengatakan itu.

 SSI_20100624100117_V.jpg

“Aku… begini, bisakah… ehm…” Eunhee terlihat ragu-ragu sejenak. Suaranya pun terdengar begitu lirih, hingga aku harus menajamkan telingaku agar bisa mendengar dengan baik. “Sebenarnya… aku tak ingin menerima tawaranmu. Tapi, yeah… aku tak memiliki pilihan lain. Mantan kekasihku terus mendesakku untuk memaafkannya. Dan aku benar-benar tak ingin berurusan dengannya lagi.”

“Aku mengerti kesulitanmu,” kataku dengan ekspresi penuh simpati. “Lalu? Ada masalah yang lain lagi?”

“Ya. Begini, bi-bisakah… tawaran itu tak perlu dengan syarat berciuman?”

Apa? Oh, Ya Tuhan! Aku kesulitan menahan diriku agar tetap tenang. Rasanya ingin sekali tertawa sekarang juga. Jadi itu yang membuatnya jadi sekaku ini? Lee Donghae, kurasa kau tak benar-benar mengenal gadis ini.

“Ehm…” Aku berdeham lalu mencondongkan tubuhku padanya. “Coba kau pikir, apakah kau mau membeli sepatu yang tak pernah kau coba sebelumnya?”

“Jadi, kau menyamakanku dengan sepatu!” Suara Eunhee meninggi. Aku tahu dia marah. Tapi aku belum selesai bicara.

“Jangan marah dulu,” sergahku pelan. “Maksudku, bila orang lain menikah pasti sebelumnya melalui serangkaian proses seperti bertemu, berpacaran lalu menikah. Karena kita tak pernah melalui hal itu, maka wajar kalau aku mengajukan syarat seperti itu sebelum menikahi seseorang. Aku tak mau menikahi orang yang bahkan ciumannya pun tak kusukai. Apa aku salah?”

Eunhee terdiam cukup lama. Sepertinya ia sedang sibuk berpikir. Sebenarnya aku ingin sekali mengatakan tidak masalah, tanpa ciuman pun aku akan tetap mau menikahimu. Tapi entah mengapa, mulutku malah berkata lain. Memang benar bila ada yang mengatakan bahwa kerja otak dan hati sering tak sejalan.

“Aku tahu,” mulai Eunhee lagi. “Tapi bukankah… kita tak akan benar-benar menikah?”

Tidak. Aku serius. Pernikahan ini tak main-main. Oh, lagi-lagi aku hanya bisa menahan ucapan itu di tenggorokan. “Apa kau pikir, bisa berpura-pura di hadapan Tuhan?”

Untuk sesaat, aku bisa melihat Eunhee terperangah. Ia pasti tak pernah menyangka aku akan membawa-bawa nama Tuhan dalam masalah ini. Tapi kurasa, argumentasiku barusan tak sepenuhnya salah.

“Jadi, kau menganggap pernikahan ini serius?”

Aku mengangkat bahu. Pura-pura tak peduli. “Kalau kau punya cara yang tepat untuk berpura-pura mengucapkan sumpah di depan Tuhan. Mungkin aku bisa menganggapnya main-main.”

Dia lagi-lagi tertegun. “Baiklah!” katanya tiba-tiba menggerakkan tangan seolah sedang mengusir lalat. “Anggap saja sumpah itu serius. Tapi, tanpa ciuman itu… pernikahan ini akan tetap menguntungkan bagi kedua belah pihak. Jadi kurasa—“

“Sudah kukatakan, aku tak ingin membeli kucing di dalam karung.”

“Aku bukan kucing!” bentak Eunhee dan sepertinya ia baru saja menyesali perbuatannya karena kini semua orang di kafe menatapnya.

Dengan seringai geli, aku mendekatkan wajahku padanya dan berbisik. “Bagaimana? Haruskah kita berciuman sekarang?”

Tiba-tiba ia tersentak mundur, dan seketika itu juga berdiri dari kursinya. Oh, apakah ia akan lari lagi seperti malam itu? Mungkinkah ia memiliki pengalaman buruk dengan ciuman? Ayolah! Aku hanya meminta satu ciuman… bukannya hubungan seks!

Aku melipat tanganku di depan dada, lalu bersandar pada punggung kursi. “Jadi, kau tidak setuju? Kalau begitu, silakan pergi. Aku akan mencari gadis lain—“

“Kita lakukan itu di kantormu saja!”

Eh? Demi jutaan plankton di lautan! Kenapa sekarang, jadi aku yang gugup? Ya Tuhan! Kau terjebak permainanmu sendiri, Lee Donghae!

“Ehm… baiklah!” kataku berusaha keras agar suaraku terdengar sesantai mungkin. Melalui ekor mataku, aku bisa melihat betapa penasarannya Hyukjae. Ia sepertinya mendengarkan pembicaraanku dengan Eunhee. Namun ada beberapa bagian yang tak sampai di telinganya. Mengingat betapa pelannya kami berbicara.

Aku berdiri dan dengan gaya seorang gentleman, mengulurkan tangan untuk menggandengnya. Namun sial, Eunhee sama sekali tak mengacuhkanku. Ia justru berjalan di depan. Memimpin jalan.

“Aku tak tahu, kau begitu bersemangat melakukan ini,” bisikku ketika kami sampai di tangga menuju lantai dua di mana kantorku berada.

Aku bisa merasakan ketegangan Eunhee. Untuk sesaat, gadis itu menghentikan langkah yang membuatku harus menahan napas karena takut ia kembali berubah pikiran. Tapi syukurlah, karena tak sampai satu menit kemudian, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Aku yakin sudah mengatur 18 derajad celcius pada remote pendingin ruangan, tapi mengapa rasanya masih begitu gerah? Oh, ayolah! Tenanglah sedikit Lee Donghae. Kau harus terlihat tenang di depan gadis itu.

Kami berdua sudah berada dalam ruangan tertutup. Di kantorku. Kulihat Eunhee menurunkan tas selempangnya dan meletakkan tas berwarna putih berliris hitam itu di sofa tamu. Untuk sejenak, suasana terasa begitu hening. Aku bahkan bisa mendengar detak jam dinding saking sunyinya.

“Ehm…” Aku berdeham, ketika ia tak juga mau memulai pembicaraan. “Bisa kita… mulai sekarang? Aku tak punya banyak waktu,” kataku pura-pura cuek sembari melirik arloji di tangan. Walau sejujurnya, jantungku ingin melompat saat itu juga.

Eunhee mengangguk ragu, lalu dengan langkah canggung pula berjalan mendekatiku. Aku bisa melihat tangan gadis itu terkepal erat di kedua sisi tubuhnya, seperti ingin menyalurkan kegugupannya.

Sesampainya di hadapanku, Eunhee menengadah lalu memejamkan kedua matanya. “Lakukanlah!” katanya dengan suara bergetar.

Ya Tuhan! Kalau begini, aku merasa seperti seorang penjahat yang memaksa sang korban memberikan barang berharga miliknya.

“Kenapa diam saja? Lakukan secepat mungkin. Bukankah kau bilang tak punya banyak waktu? Siapa tahu kau tak menyukai ciumanku… jadi kau masih punya waktu untuk men…”

Eunhee tak melanjutkan kalimatnya, ketika kedua tanganku merengkuh kedua bahunya. Tak menyukainya? Yang benar saja. Tak mungkin itu terjadi. Aku hanya asal-asalan membuat syarat seperti ini. Dan sekarang, mendadak aku ragu melakukannya.

Kutarik napas dalam-dalam. Melalui jarak sedekat ini, aku bisa merasakan wangi tubuhnya yang lembut. Campuran antara vanila dan citrus, yang entah sejak kapan telah menjadi aroma favoritku.

Eunhee masih memejamkan matanya. Pandanganku menelusuri struktur wajahnya yang manis. Matanya, hidungnya, keningnya, tulang pipinya dan… bibirnya. Bohong bila kukatakan tak ingin mencumbunya. Tapi… kenapa rasanya berat sekali? Mungkinkah karena aku tahu dia melakukannya karena terpaksa? Ya, pasti karena itu! Yang kuinginkan adalah ciuman yang benar-benar didasari cinta. Oh, kenapa aku jadi terkesan agak cengeng begini?

Tiba-tiba Eunhee membuka matanya, dan aku refleks menjauh. “Kau jadi melakukannya atau tidak?” tanyanya jengkel.

Aku mencoba tersenyum santai. “Oh, tentu saja,” kataku. “Aku hanya sedang berpikir, akan melakukannya dari sudut mana?”

Eunhee lagi-lagi memejamkan matanya ketika kudekatkan wajahku pada wajahnya. Setitik rasa kecewa menghunjam jantungku. Sebegitu takutnya kah dia padaku? Well, tapi aku harus melakukannya. Agar dia bisa menikah denganku.

Aku menarik napas panjang, dan… mengecup kening Eunhee lembut.

TBC

103 thoughts on “Just Get Married [Chapter 2]

  1. Jiahhh ya knp dikening, di bibir donk hehehe.
    Hub donghae n hyukjae bnr2 kogil, hyukjae mau ngoda donghae ehh malah hyukjae yg takut hehehe emg bnr yg dibilang eommanya donghae. Mrka dibilang gay..ya wes lanjut ya

  2. sukakkkkkkkkkkkkkkkkk!!! SERIUSSSS!!!
    ternyata gitu toh cerita dibalik kecoa ckckck… pantesan, aku bingung kan kok ada pelayan sontoloyo gitu, trus si donge kagak kaget liat eunhee.. ternyata oh ternyataaa~~

    tapi sih aku klo soal bunuh2 dirian gitu g bisa nyalahin woobin jg sebenernya.. si yuranya ajah geblek bunuh diri gara2 cowok coba.. tp emang rese sih perannya woobin…
    tapi trus itu dy masih ada rasa ke eunhee?? ato malah beneran suka?? tapi kok ya selingkuh?? grrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

    unyuuuuuuuuuuuuuuu scene ma unyuk!!! meskipun aneh aku bayangin mereka menyerempet yaoi (udh kubilang g ada tampang mereka bedua ni mah) tp tetep sukak lucuuuu ❤

    dan ituh, endingnya, ciuman kening tak terduga dari donge.. oaaaa~~ sweet ❤ ❤ ❤

    • hahaha… makanya aku kemarin senyum2 sendiri baca komenmu Song! Aslinya ada udang di balik rempeyek emang Waaaaksss 😀

      iyah… emang, bodoh juga si Yera. Tapi ada alesannya dia ngelakuin itu juga :3
      Sama halnya dengan alesan si Woobin yg terus mempertahankan Hee..kikikiqqiuuu

      Wakakakakkkkkk… mereka berdua emang SOMPLAKKK!!! *peluk EunHae*

  3. uaaaa… kentang lagi, nanggung banget… >.< lagi genting ini malah di cut

    lanjoott !!
    besok chapt 3 nya kluar ya.. 😛
    #wishwish

  4. Wakssss hae senjata makan tuan!!
    Oh rupa nya kecoa itu yg disengaja? Kirain hae yg kerumah ortu nya hee gatau nya beneran woobin -_- ini mah semacam gak mau ngelepasin hee karna takut kalah sama hae!! (҂’̀⌣’́)9 lucu kali yah kalo direbutin gituuuu~ sama semut :O

  5. hidup eunhae couple \\(^_^)//.. mksudnya eunhee-donghae bkn eunhyuk-donghae XD.. seru bgt bc part ini apalagi ada eunhyuk, bnr2 meyolchi yg lucu ^^.. ditunggu next partnya, fighting (^_^)9..

  6. aaaaahhhh…seriusannnnn dehhh sukaaaaaa eonniyaaa…astaga ajib gue langsung suka sama donghae disini sebelum tingkah cengengnya keluar ya…woaaaa…daebak!!!!!!!!!
    woobin nyebelin ye…tuh orang minta digaplok! tp untung sifat hee yg lgsung ngambil kptusan malah bikin tambah seruuu…aaaaaaaa…..
    eoh! ide kecoa tuh dari si bang ikan to .wkkwkwk
    aihhh…sukaaaaa pas adegan dikecup keningnyaaaa…lee eunhee-ssi bersiaplah masuk dalam pesona seorang lee donghae…wkwkkwkw
    lanjuuuuutttt…fighting!!!

  7. aaaaahhhh…seriusannnnn dehhh sukaaaaaa eonniyaaa…astaga ajib gue langsung suka sama donghae disini sebelum tingkah cengengnya keluar ya…woaaaa…daebak!!!!!!!!!
    woobin nyebelin ye…tuh orang minta digaplok! tp untung sifat hee yg lgsung ngambil kptusan malah bikin tambah seruuu…aaaaaaaa…..
    eoh! ide kecoa tuh dari si bang ikan to .wkkwkwk
    aihhh…sukaaaaa pas adegan dikecup keningnyaaaa…lee eunhee-ssi bersiaplah masuk dalam pesona seorang lee donghae…wkwkkwkw
    lanjuuuuutttt…fighting!!!
    sukaaa posternyaa….

  8. As always, eunhae gk akan prnh bsa dipisahkan *loh hahaha, hyuk hyuk, sna blik aja ke vietnam jd mandor becak sklian haha *abaikan
    Aiiikkhh itu si woobin maunya apaan sih?!! Gak puas apa dia udh nyakitin eunhee, trus mau ngaku” jd kksihnya eunhee lgii -___-
    Haeeeeee, modar sy, knp di kening haeeeee huhuhu, tp gk pplah seenggaknya dgn gtu bsa bkin eunhee mkir dua kli klo bang ikan yg stu ini ada seriusnya jga huaaaa jhoaaaaaa jd gk sbar nunggu reaksi eunhee bkal kyk gmna ㅋㅋㅋ
    Next part d tnggu eonni 😀

  9. *tahan nafas* pas baca bag. akhirnya… si donge pasti ga tegaan kalo bneran nyium Eunhee yg teroaksa gitu..

    hmm… baca part 2 ketunda mpe pagi #ketiduran# tp akhirnya puas pas slsai bacanya. kereeeeeennnnnnn

    part 3… part 3… part 3…!!!!!!!!!
    *demo ke dpn rmh Ny. Lee*

  10. Eonniii….
    AKu suka banget part ini…

    Nggak duga ternyata Donghae sudah membuat rencana untuk mendekati Eunhee…

    Aduhh… kenapa ada niat balas dendam segala sih??? Aku takut nantinya hal itu yang merusak hubungan mereka berdua… 😦

    Ahhh… Woobin itu tak tahu diri sekali ya??

    Udah selingkuh, ehh.. masih mau aja dekat sama Eunhee…

    Argghhh…pengen narik rambut Woobin… *Huhhh*

    Aku suka banget scene Donghae mencium kening Eunhee.. terkesan sangat romantis dan tulus…

    Ahh.. jadi senyum2 sendiri membayangkannya.. 😀

    Eonni… next part cepat juga ya?? 😉
    Fighting! 😀

  11. hhuuaaaaa…….donghae so sweet bngt eooonnnn!!!!!!!!!
    kirain mw dcium bneran,tp trnyta…..hehehe*I Love U Hae* ^_^
    pkoknya g bkal nyesel deh eunhee mnikah ma bang ikan,wlau alsn prtmanya hae mgkn bs jd mslh kdepannya,tp q g nygka eon,trnyta smuany uda diatur hae,kl dpkir2 sih emg trllu kbtulan si pmilik cafe adlh hae,hahaha*g abz pkir ma isi kplanya eonni,kreatif abizzz,^_~
    emd ide kl uda dteng sulit utk hlng y eon????cpt bngt terealisasi,tp q sukaaaa,hahaha
    smoga idenya mampir terus y eon,biar cpet posting chapter slnjtya 😀

  12. Donghae oppa semangat yaa buat dapetin Eunhee!!
    Jangan sampe Woobin dapetin Eunhee lagi!
    Author, ditunggu ya part selanjutnya^^

  13. yang awalnya untuk balas dendam sekarang jadi cinta beneran ^^ aaa haeeee :*

    aishhh jinaaa eon, sumpah di bikin klepek klepek sama hae di siniii, ya meskipun saratnya radaa anehh gtuuu ke eunhee kkee tapiii awwwww dri sini kelitan banget hae pengen ngelindungin eunheenya

    dan ituuu ga tau hae grogi atau apaaa, ki jadii di keninggg kkkeke but haeee sosweettt
    dear hae cepetanlah jadikan eunhee nyonya LEE hehe

    kerennn eon, di tunggu part 3 nya 😀

  14. Yakkk!!! Lee babo,kenapa popponya di kening,padahal udah ngarepin di tempat yg pas (?) wkwkwk

    saengi-ah,,kayanya sosok hae disini bener” sempurna ya karakternya,,kirain hae g kenal sama hee,trnyata ini smua rencana si onge,ckckck
    kayanya yg masalah balas dendam sm woobin bakalan jadi boomerang deh buat hae klo smpe hee tau,padahal kan hae ga niat” amat buat balas dendam ;(

    ff ini kamu banget deh saeng,,,kayanya kamu nulis dalam mood yg paling baik deh 😀
    ayo saeng,semangat lagi nulisnya,biar cepet ada part 3 nya*dirajameunhee* muahahaha

    • *rajam Eonnie*
      Hahahaha… Iyaaa Eon, bikin gemesss karakter Haenya di sini. Aku juga sukaaaaa banget #Plokkk
      *memuji diri sendiri* kikikiqiuuu

      haduh… emang tempat paling pas it di mana Eon?? 😮
      iyah Eon. Emang lagi semangat, makanya lancar jaya hihihi

  15. Kayanya ide author lagi seger sama ff ini, cerita nya ga biasa nih ok banget,walaupun ada gitu ya permintaan aneh gitu, ayo author idenya ditunggu part selanjutnya

  16. Wooaaaaahhhh,, di kening?? Gentleman bgt donghae..
    Jadi si woobin bener2 suka ya sama eunhee?? Atau karena dia tau si donghae juga lagi ngedeketin eunhee??
    Aaaahhhh,, so many questions flying on my head..
    And last,, ceritanya menarik bgt,, bikin penasaran..
    Btw.. Annyeong,, I’m new reader.. Hehehehe..

  17. wuuaaah!!! suka bgt ma critanya >_< eonni daebak!!

    lanjuut eont next part, klo bs jgn lma2 y penasaran hehehe 😛

    oh iy smpek lupa kanlan, btw aq reader baru dsini, slam kenal y eon ^^

  18. wuaaaaah … *nutup muka pake panci*
    jalan cerita nya kereeeen aku terbawa suasana FF nya samoe ketawa” sendiri … authornya HEBAT euy~~~~~~
    sweet banget cerita nya ….
    LANJUTKAN seCEPATnya ne ~~~
    (*≧∇≦*)

  19. Ngakak pas scene EunHae wktu eomma-nya Hae datang. My Hyukkie, kau memang gokil. Wkwkwk…

    Dan apa itu, masa kisseu dikening sih, bukannya bibir? *YadongModeOn

  20. Pinter bgt ci dongeh ,
    *kecup bsah
    unyuk kalau gk mau dblang gay sini aku aja yg meluk xD *Plakk
    udah greget” pas mau nyium eh gk tau nya dikning *elus dada

    capcus part 3

  21. Pinter bgt ci dongeh *kecup bsah
    unyuk kalau gk mau dblang gay , sini aku peluk wkwk
    sumpah greget bgt pas mau nyium , eh cma dkning doang haha *elus dada

    tdi mlem koment gk bsa” mga skrang bsa 😦

  22. aaaaaa…. kenapa jadinya kening? ya lee donghae…. takut ga kuat iman ya bang.. haha

    ow.. jadi gt… jd donghae n woobin dulu prnah ada masalah…
    woobin.. tu anak maunya apa siii… pengen q jitak kepalanya. hehe

    eunhyuk-donghae.. dalam ff pun kalian sering dikira pasangan homo… tp santai bang… aq juga ga rela kalo kalian jd hono beneran… jangan… hehe

  23. Hihihihi. . . . . gak bisa nahan tawa pas liat tingkah jailx hyuki. . . Pke gaya sprti istri yg lgi nunggu suamix lgi hahahaha. . .
    Issh donghaeya, jangan di kening dunk, langsung aja kebibir ngapa sih #plak…dasaryadong hehhhe. . .

  24. ASTAGA!!!!! *telen capslock*
    ciuman dikening!!!!
    ini terlalu manis!!!
    omg asdfghjkl romantis bgt.

    oh eh hai eung… aku panggilnya apa? mau panggil eonni tp aku line 92, takut salah u,u
    aku reader baru…

  25. jiahhh ga nyagka donge suka sama hee udah lamma..hohoho itu woobin sbnernya tulus ga sih sama hee nya -.-
    akhhh donge cium aku saja giman??hihihi#fishy asah celurit :p

  26. oohhh… jadi ini sudah direncanakan Donghae… emang bener2 gk ada yg kebetulan. balas dendam pada Woobin. Kurasa laki-laki itu benar-benar brengsek… Tapi salut sama Donghae. Bukan skedar balas dendam dengan memperalat Eunhee. Dia memang suka Eunhee.

    Paling koplak si Hyukjae. Aduh… kebayang jadi eomma Donghae. Pastilah ketar-ketir anaknya berduaan terus ma pria monyet.

    Pada akhirnya, Eunhee datang dan syarat itu… permainan berbalik eh! satu lagi, knp di kening?? Bibir dong sekalian….

  27. jadi soal kecoa itu bagian rencana donghae,
    wkwkwk ternyata donghae oppa udah tertarik ma eunhee dr awal..
    mian baru komen dipart ini di part 1 susah buat komen gk tau knp..
    ff nya seru

  28. kirain hae cm iseng2 doank. ternyata seriusan… soooo happyyy!!!
    and about the kissing scene…. OMG!! sweet to the max lah.. ^^

  29. apa coba ada syarat kalo mau nikah hrz nyoba berciuman dlu ,tp untng d kening kalo d bibir aku yg wakilin,trz oemma haeoppa lucu bgt ngira haeoppa homo.

  30. eh ternyata donghae ada hubungannya dengan woobin..
    selain uang donghae juga sebenernya suka sama eunhee.. woaaaahhh.. bakalan seru nih..
    udah dikasih kesempatan buat cium tapi donghae nya nolak.. aiihh.. so sweet nya..

  31. aku lupa blg xD aku reader baru 😀
    Hmmm woobin beneran suka ya sama eunhee? Sampe segitunya memperjuangin eunhee -_-
    Yaampun donghae peka bgt sama reaksi nya eunhee T.T

  32. Wakwaks rekayasa untuk mendapatkan cinta tuh
    Korbankan kecoa hehe

    Woobin masih cinta,,kok selingkuh??
    Masa lalau hae,woo,yera
    Dan eunhee ke bawa”

    Semoga gx balas dendam aja ya haeppa

  33. owghh romantisnya.. mau dong jadi eun hee nya….
    owgh jadi buat bales dendam juga.. ternyata e ternyata woobin suka beneran sama eunhee,,, yahhh authorr kenapa gak ciuman langsung ajha…ahhh bikin deg2an ajah authornya

  34. Haha..
    Lagian aneh2 ajh sih! Pengen menikah tapi, harus pake syarat ..
    Syarat nya aneh lagih! Harus ciuman! XD akhirnya mah cium kening!

  35. Omo o.O LEE DONGHAE kau benar-benar….
    Thor bisa ya menjungkir balikkan aku -_-… ternyata donghae menjadi pengagum rahasia eunhee KYAAAAA… Good acting untuk donghae ;).. lanjut lagi ahhh bye thor bertemu di chapter selanjutnya 😉

  36. ternyata Hae knal sma woobin N prnah ad kjdian mnyakitkan bgtu d msa llu Hae krna Woobin…
    Ahhh trnyata Hae uda lma mrhti’n Eunhee krain bneran bru prtma x jmpa pas mabuk…
    Haeppa gla jga pke sruh bwahan na buat krjain eunhee dg truh kecoa k dlam mkanan na…
    Msak cium dkening sich bkan d bibir…
    Hehehehehee

Leave a reply to sagittaliez Cancel reply