HATE That I LOVE YOU [Part 10-END + Epilog]

Cerita sebelumnya:

Aiden tak mampu berkata apa-apa saat mendengar keseluruhan cerita dari pihak Lee Jaesook—Ayah Ann. Dugaannya sama sekali tak meleset. Lee Jaesook memang tak sepenuhnya salah pada Ann dan Catherine. Bahkan bisa dibilang, Jaesook adalah salah satu korban yang dibuat menderita dari kejadian itu. Sesuai janji yang telah dibuatnya di hadapan Lee Jaesook, Aiden berhasil memberitahu Ann, walau hanya melalui surat yang sengaja dituliskannya sebelum ia harus pulang ke Seoul karena permintaan sang Ibu. Sementara itu, Hubungan Spencer dan Marry semakin berlanjut. Setelah malam itu, gadis tomboy yang bersikap seenaknya itu memoroti Spencer dengan memintanya membelikan makanan, kejadian itu kembali terulang dan hal itu membuat Spencer kesal sekaligus takjub dengan sikap Marry yang tidak terduga.

Part 10

 

-Annabelle Parker, Burial Area-

 

Dingin dan basah. Bisa kurasakan rintik hujan membasahi sekujur tubuhku yang menggigil kedinginan. Air mataku menyatu dengan hujan yang sama sekali tak berhenti turun sejak pagi tadi. Tapi tak ada yang bisa mencegahku menjauh dari Mom. Sekalipun Dad, Spencer dan semua yang hadir di sini memaksa dan menarikku berteduh di bawah payung yang mereka bawa. Tubuhku tetap membawaku kembali ke sini. Lebih dekat dengan Mom. Aku benar-benar tak ingin berpisah darinya.

Dadaku masih terasa sesak. Sejak tadi, mataku tak lepas menatap nanar gundukan tanah di hadapanku. Mom. Aku tak percaya semua ini terjadi begitu cepat. Baru dua minggu berlalu semenjak membaiknya hubunganku dengan Dad. Baru dua minggu aku merasakan hangatnya keluarga kecilku yang lengkap dengan kehadiran Dad dan Mom di sampingku. Tapi sekarang… semuanya berakhir. Penyakit-sialan itu membawa Mom pergi dari sisiku. Penyakit-sialan itu memisahkan kembali keluarga kecil kami yang sempat terpisah. Aku tak sanggup memikirkan apa-apa lagi saat pagi tadi Mom memintaku dan Dad mendengarkan pesan terakhirnya. Pesan terakhir yang membuat penglihatanku kabur dan merenggut semua oksigen yang berhasil kuhirup.

Hiduplah lebih lama dari Mom dan isilah seluruh hidupmu dengan senyum kebahagiaan bersama orang yang kau cintai. Jangan biarkan kesedihan menghancurkanmu Honey, Mom akan selalu ada untukmu. Di sini, di hatimu.

Sesak itu kembali saat kata-kata Mom sekali lagi terlintas di benakku. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, bisa-bisanya Mom masih memikirkan kebahagiaanku. Namun tiga hal yang berhasil menguatkan aku, hingga diriku masih bisa tegak berdiri setelah kepergian Mom. Yang pertama, senyum di bibir Mom sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Semua itu menunjukkan bahwa waktu dua minggu ini adalah yang terbaik dalam hidupnya. Kedua, bahu hangat Dad yang selalu ada untuk menopangku di saat kesedihan itu kembali datang. Dan yang ketiga, Aiden. Tidak, bukan Aiden. Tapi Lee Donghae. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menemuinya lagi dan mengungkapkan semua rasa terima kasihku padanya. Berkat jasanya, Aku, Mom dan Dad kembali bahagia, walau kebahagiaan itu tidak lama. Bahkan bisa dibilang begitu singkat.

Aku masih sangat merindukan saat-saat tawa Mom dan Dad mengalun merdu di telingaku ketika membicarakan kenakalan-kenakalanku semasa kecil. Merindukan saat Dad dan Mom membelai puncak kepalaku dan memelukku dengan tubuhnya yang hangat. Merindukan saat Mom dan Dad memberiku petuah dan memanggilku dengan sebutan sayang. Namun semua itu hanya terjadi dalam waktu dua minggu. Sangat singkat, hingga membuat dadaku sesak. Ingin sekali kembali ke masa itu, menghentikan waktu dan tetap bahagia bersama orang-orang yang kucintai, tapi harapanku hanya harapan kosong yang tak mungkin terjadi. Waktu memang sesuatu yang cepat hilang dan tak mungkin kembali.

 

“Annie,” Kesadaranku kembali terkumpul ketika kurasakan tangan hangat Dad di bahuku. Aku bisa merasakan Dad juga berjongkok di sampingku dengan tangannya yang melingkar di bahuku. “Cath, aku janji akan membahagiakan Annie kecil kita. Memberinya kasih sayang yang selama ini tak pernah kuberikan untuknya,” kudengar Dad bergumam dengan suara bergetar. Aku yakin kesedihannya tak lebih baik dari yang kurasakan. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ia telah menelantarkan anak istrinya bertahun-tahun lamanya, dan kembali di saat sang istri akan menemui ajalnya. Tapi aku kagum pada ketegarannya. Ia berhasil menunjukkan wajah tegar bahkan menopangku yang kini terlihat seperti orang linglung. “Annie, berhentilah menangis. Aku yakin Ibumu tak akan senang melihatmu begitu.” Kulirik sosok Dad yang kini menatapku sembari tersenyum. Senyum itu memang tersungging di bibirnya, tapi Dad tak bisa bohong dengan tatapan matanya. Aku ikut berdiri ketika Dad memintaku. Tempat ini sudah sepi, hanya ada aku dan Dad di sini. Hujan yang semula deras, kini hanya berupa rintik-rintik kecil dan langit pun sudah tak lagi gelap seperti beberapa jam yang lalu.

Dad benar. Aku tak boleh terus bersedih. Mom tak akan suka jika aku terus menyesali kepergiannya. Tapi aku pun tak bisa berjanji untuk tersenyum dalam waktu dekat ini. “Mom, kau baik sekali karena membawa Dad ke sisiku.” Bisa kurasakan rangkulan Dad semakin kuat di bahuku.

Come on Honey! Kita harus bersiap-siap!” Yeah, aku sudah memutuskan akan ikut Dad ke Korea. Memulai hidup baru di sana. Tapi Mom, aku takkan pernah melupakannya. Ia akan selalu ada di hatiku. Sebenarnya aku tak ingin pergi secepat ini. Tapi Dad sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaannya di Korea. Aku tak mau karena aku, ia kembali mendapat masalah. Walau sebenarnya, Dad sama sekali tak keberatan untuk menunggu satu dua hari lagi. Aku mengangguk pelan dan untuk terakhir kalinya, kulirik gundukan tanah di mana tubuh Mom bersemayam. Aku janji akan datang lagi Mom! Berharap saat itu, aku bisa menampakkan senyum bahagia seperti yang kau harapkan di saat-saat terakhirmu.

Kakiku berhenti melangkah di rerumputan basah di tepi jalan, saat kudapati sosok Spencer berdiri di sebelah sedan putih yang tadi disewa Dad. Ya, aku belum berpamitan dengannya. Setelah apa yang kulakukan selama ini, aku merasa pantas untuk meminta maaf bahkan berlutut di hadapannya untuk menebus semua kesalahan yang pernah kubuat. Ia terlalu baik untuk kusakiti.

“Dad akan menunggu di mobil,” Kudengar bisikan Dad di sampingku dan kurasakan Dad melepaskan rangkulannya lalu melangkah melewatiku dan Spencer yang kini mendekat ke arahku.

“Hai Ann!” Tsk, sapaan macam apa itu? Aku tau ia juga sedih dengan kabar meninggalnya Mom. Tapi aku juga lebih sedih dari dirinya. Kenapa ia berlagak seperti seseorang yang baru saja mengenalku?

Walau sulit, kutarik sudut bibirku membentuk senyuman. “Aku akan pergi.”

“Aku tau.” Hening. Aku tak tau mengapa mendadak suasana menjadi canggung. Bukankah seharusnya aku meminta maaf padanya?

“Emm… Spencer!”

What?

I’m sorry…”

“For what?”

“Everything…”

“Tch..” Kulihat Spencer tersenyum kecil, “Ann, Thank you!

“For What? 

“Everything…” Tsk, berani-beraninya ia mengcopy perkataanku. Tapi aku harus berterima kasih padanya. Karena ia telah membuatku tersenyum tulus untuk pertama kalinya hari ini. Mom, terima kasih sudah mengenalkan aku dengan lelaki bodoh dan menyebalkan ini. “Kita akan tetap berteman bukan?”

“Tentu saja!” Kenapa ia masih bertanya?

“Ann, boleh aku…” Aku mengerutkan kening. Jangan coba-coba meminta yang macam-macam! “memelukmu?” Tsk, dasar Monyet gila!

“Gaunku basah.” Aku tidak bohong. Gaun hitam selutut yang kupakai memang basah kuyup terkena hujan saat pemakaman Mom tadi.

“Kurasa tidak masalah karena pakaianku juga basah.” Tch, aku tak dapat menahan senyum geli melihatnya bertingkah begitu. “Tidak ada Aiden di sini, kau tak perlu takut.” Eh? Apa? Kenapa ia membawa nama Aiden? Kurasa sifat menyebalkannya mulai kembali. Perlahan, aku melangkah mendekatinya dan memeluk Spencer yang kulihat sempat membelalak kaget dengan apa yang kulakukan. Tsk, bukankah ini keinginannya sendiri? Mengapa ia jadi bertingkah begitu?

Aku melepaskan pelukanku ketika kurasakan tak ada reaksi apa-apa darinya. Benar saja, Spencer tampak seperti orang bodoh yang baru saja mendapatkan lotre. “Hey, aku pergi—“

“Ann!” Kurasakan tangan Spencer menahan pergelangan tanganku. “Aku tak akan pernah memaafkan lelaki bernama Aiden Lee itu kalau sampai ia membuatmu menangis lagi.” Tch… dia bicara apa? “Beruntung aku tak merebutmu saat ia pergi meninggalkanmu sendiri di saar seperti ini.” Oh, Spencer. Hentikan! “Kalau kau bertemu lagi dengannya, tolong sampaikan salamku.” Salam? “Katakan padanya, Na Neo Jugeosippheo!

“Tsk, bisakah kau berhenti menggunakan bahasa aneh itu?”

“Hey, kurasa mulai sekarang kau harus belajar bahasa Korea. Jangan lupa kau akan tinggal di sana.” Yeah, dia benar juga. Pengetahuanku tentang bahasa itu benar-benar nol. Apa yang harus kulakukan saat di sana nanti?

“Hmm… baiklah! Aku tak akan melupakan kata pertama yang telah kau ajarkan padaku,” balasku lalu dengan berat hati melangkah pergi meninggalkan Spencer yang masih berdiri diam menatapku. Maafkan aku Spencer. Mungkin aku tak seberuntung gadis yang bisa mendapatkanmu. Dan kuharap, kau akan mendapatkannya dengan mudah.

“Ann, aku akan menemuimu di Korea nanti!” Sayup-sayup kudengar jeritan Spencer yang berdiri beberapa meter dari tempatku kini. Aku hanya tersenyum kecil lalu membuka pintu mobil dan masuk.

“Kau yakin akan meninggalkan kekasihmu itu?” What? Dad, kau pasti bercanda! Kulirik Dad yang kini tersenyum di belakang kemudi.

“Dia bukan kekasihku,” bantahku lalu mengalihkan tatapanku ke jalan sepi yang aspalnya basah karena air hujan. Bukan dia Dad, tapi Aiden.

 

-Lee Donghae, Hangang River, Seoul-South Korea-

Air tenang sungai Han, mengingatkan aku pada sungai Thames di London. Hmm… kurasa aku mulai merindukan suasana salah satu dari empat kota terbesar di dunia itu. Udara dingin London saat musim salju, hangatnya mentari London saat musim semi tiba juga kebudayaan London yang terus terjaga hingga saat ini. Tidak heran jika kota itu disebut sebagai kota yang memiliki kekontrasan luar biasa antara budaya masa lalu dengan budaya modern saat ini. Kedua budaya ini hidup dengan damai di kota itu. Bahkan keduanya bisa saling berelaborasi menciptakan tatanan kota yang unik dan mengesankan.

Satu hal lagi yang tak bisa kupungkiri kurindukan dari kota itu. Yeah, Ann beserta kekeraskepalaannya yang sering membuatku sakit kepala tapi juga senang di saat bersamaan. Entah mengapa selama dua minggu terakhir aku tak bisa melupakannya. Bayangan Ann selalu hadir di setiap tempat yang kudatangi dan berharap ia benar-benar muncul di hadapanku saat itu juga. Mungkin inilah yang dinamakan cinta datang karena terbiasa. Selama tiga bulan di London, Ann hampir selalu di sisiku. Bahkan aku sengaja menerima tawaran Mrs Parker untuk bekerja paruh waktu di tempatnya hanya agar bisa terus berdekatan dengan Ann. Tapi dengan bodohnya aku menyangkal apa yang sebenarnya kurasakan untuk gadis itu. Kata-kata Jiae saat itu benar-benar terbukti. Aku termakan ulahku sendiri!

Sebenarnya hari itu aku tak ingin pergi dan meninggalkan Ann sendiri. Aku tau ia sedang terpuruk saat itu. Kalau saja Ann mencegahku dan mengatakan padaku agar jangan pergi. Mungkin aku masih di sana dan menolak permintaan Eomma kembali pulang ke Seoul untuk mengurus perusahaan Appa. Mungkin Ann memang tak menyukaiku seperti apa yang kupikirkan.

Yeah, selain untuk meneruskan rencana perjodohanku dengan Seora—putri Jaesook Ahjusshie—Eomma memintaku kembali juga karena Donghwa Hyeong—kakak sulungku—memilih untuk meneruskan cita-citanya menjadi seorang dokter dan memberikan tanggung jawab memegang perusahaan Appa padaku. Hah… padahal kalau boleh memilih, aku lebih suka menjadi musisi. Tapi apa boleh buat? Aku tak punya pilihan lain.

“Oppa, sudah lama menunggu?” Itu suara Seora. Aku memutar tubuhku dan benar saja, gadis manis itu sudah berdiri di belakangku. Karena Jaesook Ahjussie belum juga kembali ke Seoul, rencana pertunangan kami ditunda untuk waktu yang tak bisa ditentukan. Kemarin Seora menelponku dan memintaku bertemu di Hangang Park. Well, dulu aku memang mencintainya. Tapi entah mengapa, rasa itu sudah tak sama lagi sekarang. Yeah, mungkin saat ini aku sudah tau jawabannya. Ann. Kakak tiri Seora sendiri.

Ani, aku juga baru sampai.” Kusunggingkan senyum tulus dan memaksa diriku sendiri untuk kembali menatap gadis di hadapanku ini dengan tatapan yang dulu selalu kuberikan untuknya. Sulit. “Ada perlu apa kau memintaku ke mari?” mulaiku ketika kurasakan suasana canggung di antara kami mulai tercipta. Semenjak tau kalau kami sudah dijodohkan, hubunganku dan Seora yang semula seperti hubungan kakak beradik—terlepas dari perasaanku padanya dulu—kini berubah menjadi sangat canggung dan kaku.

“Oppa… aku…” Kulihat Seora menunduk tanpa melanjutkan kalimatnya. Ada apa dengannya? Apa ia tak setuju dengan perjodohan ini? “Hari ini Appa pulang.” Yeah, kurasa itu hanya harapanku saja. Eh? Tunggu dulu! Jaesook Ahjusshie kembali, lalu… bagaimana dengan Ann dan Mrs Parker?

“Apakah dia—“

“Appa bilang, ia akan datang bersama kakak tiriku.” Demi Tuhan! Aku tak tau apa yang kurasakan sekarang. Senang? Mungkin, karena aku bisa bertemu dengannya lagi. Tapi, tak kupungkiri perasaan was-was juga mampir di benakku, karena kini aku tak sendiri lagi. Aku akan bertunangan dan menikah. Lebih parahnya lagi, dengan adik tirinya sendiri. Kurasa akan lebih menyakitkan lagi kalau aku menikah dengan gadis lain sementara gadis yang kucintai berada di tempat yang sama denganku. Apa menurutmu aku telah menggali kuburanku sendiri? Aku memintanya datang, tapi pada kenyataannya aku akan menikah dengan orang lain.

-Annabelle Parker, Gangnam-gu, Seoul-

 

Jet lag. Mungkin itu yang kurasakan sekarang. Perjalanan panjang selama kurang lebih 10 jam membuatku penat. Well, syukurlah saat ini aku sudah sampai. Dan kini, aku berada di sebuah kamar luas—yang dikatakan Dad sebagai kamar yang sudah disiapkannya untukku—dengan fasilitasnya yang tak kalah dari kamar hotel bintang lima. Jauh berbeda dari kamar sempit dan berantakanku saat di London dulu.

Sebuah ketukan di pintu membuatku tersentak kaget. Semoga itu Dad, karena pasti aku hanya akan bisa melongo tanpa berucap sepatah katapun jika yang mengetuk pintu adalah salah satu penghuni rumah ini. Seperti yang kubilang tadi, pengetahuan bahasa Korea-ku nol besar. Walau kini, aku selalu membawa kamus-saku Inggris-Korea bersamaku. Syukurlah saat sampai tadi, hanya ada segelintir orang yang menyambutku dan kuperkirakan mereka adalah pelayan rumah ini.

Perlahan, kuputar kenop pintu dan mendesah lega saat kulihat sosok Dad yang berdiri di sana. “Hey, kenapa ekspresimu seperti seseorang yang sedang takut menunggu giliran hukum pancung?” ledek Dad dan aku hanya bisa cemberut mendengarnya. “Turunlah, pelayan sudah menyiapkan makan siang untukmu. Kulihat sejak semalam kau belum makan apa-apa.”

“Aku sama sekali tidak lapar Dad.”

Kurasakan tangan Dad menyentuh kedua pundakku, “Annie… jangan membuat Dad khawatir dengan tingkahmu ini.”

“Hmm… baiklah Dad! Aku akan turun setelah mandi,” putusku. Kurasa, Dad sudah cukup lelah untuk terus khawatir dengan apa yang menimpanya selama beberapa hari terakhir dan aku tak perlu menambahnya lagi.

“Anak baik!” Dad mengacak rambutku penuh kasih.

“Tsk, jangan memperlakukanku seperti anak kecil!” sergahku kesal sekaligus senang mendapat perlakuan seperti itu darinya.

“Baiklah! Kalau begitu, kutunggu kau di meja makan,” Tanpa menjawab protesanku, Dad berbalik dan turun ke lantai bawah.

——————————–

Tak memerlukan waktu lama bagiku untuk mandi, mengganti pakaian dan bersiap. Aku bukanlah sosok gadis yang suka sekali berlama-lama berdandan di depan cermin. Apalagi hanya untuk makan dan bersantai di rumah. Tapi entah mengapa, aku merasa gugup. Pikiranku seolah terintimidasi oleh keberadaan rumah besar ini dan segala sesuatu yang mungkin ada di dalamnya. Sepertinya aku harus mulai membiasakan diri tinggal di sini.

Kulangkahkan kakiku menuruni anak tangga berbentuk melingkar dengan ukiran-ukiran cantik pada pembatasnya. Bisa kutangkap sosok Dad tengah membaca surat kabar di sebuah sofa coklat di depan TV. “Oh, apakah kau Annie?” Kudengar suara lembut seorang wanita dari sisi kiri dan detik itu pula kulihat Dad menurunkan surat kabar yang dibacanya. Wanita paruh baya berpenampilan anggun dengan rambut disanggul rapi di dekat tengkuknya itu tampak sangat cantik dan berkelas. Mungkinkah ia istri kedua Dad? Wanita pilihan sang Ayah untuknya?

“Dia Kim Sooae, Ibu tirimu Honey!” Aku bisa mendengar gumaman Dad yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelahku.

“Kau gadis yang cantik,” Aku tersenyum kikuk. Semoga ini bukan hanya sekedar basa-basi darinya saja.

Thanks,” balasku singkat.

“Maaf, aku baru bisa menyambutmu sekarang. Sejak pagi aku sibuk mempersiapkan acara yang akan dihelat malam nanti,” Ia menjelaskan dengan rona penyesalan yang terpampang jelas di wajah anggunnya. Acara? Apakah akan ada pesta penyambutan atau semacamnya? Ah, kau terlalu berharap Ann.

It’s okay,” Aku kembali menjawab singkat. Entah mengapa, kenyataan bahwa ia yang telah merebut sosok Dad dari Mom, membuatku merasa canggung berhadapan dengannya. Walau mungkin, wanita ini sama sekali tak bersalah bila mendengar cerita Dad bahwa yang berperan dalam perjodohan itu adalah sang Ayah—kakekku.

“Emm… Bagaimana kalau kita makan saja? Bukankah kau belum makan apa-apa sejak semalam?” Oh, Thanks Dad. Kau menyelamatkan aku. Aku tak ingin bersikap tak sopan padanya yang telah bersikap baik padaku. Jadi lebih baik Dad memang mengakhiri pembicaraan canggung ini. Well, aku memang belum mempersiapkan diri untuk menghadapi keluarga Dad di Korea.

“Ah, kau benar. Maafkan aku. Ayo sayang, ikut bersamaku!” Kurasakan lengan hangat wanita itu merangkul pinggangku dan menggiringku ke sebuah balkon di balik pintu kaca geser yang menghubungkannya dengan taman. Balkon itu tampak indah dengan nuansa putih yang menghiasinya. Rupanya malam nanti memang akan ada acara besar di rumah ini. Sebuah meja bertutup katun putih panjang di sisi balkon telah siap dengan berbagai menu masakan yang tampak sangat menggugah selera. “Aku tau kau pasti membenciku karena telah merebut Ayahmu dari sisimu dan Ibumu.” Aku menegang ketika tiba-tiba wanita itu berbisik, tepat setelah Dad duduk di kursi yang ada di ujung meja. “Tapi aku akan berusaha menjadi Ibu yang baik untukmu Ann. Aku juga merasa bersalah karena aku sama sekali tak tau bahwa kau dan Ibumu masih hidup dan membutuhkan kasih sayang Ayahmu.” Yeah, benar dugaanku. Wanita ini juga tak tau apa-apa tentang kami.

It’s Okay Aunty, I understand,” Bisa kulihat wajah cantik wanita itu mengkerut tak suka saat mendengar ucapanku tadi. Apakah ada yang salah dengan yang kukatakan?

“Baiklah! Aku tak akan memaksamu memanggilku Ibu. Kalau kau sudah yakin bahwa aku bisa menjadi Ibumu, aku akan dengan senang hati menerimanya.” Ah, jadi karena aku memanggilnya Bibi. Well, aku akan berusaha. Tapi mungkin tidak sekarang. “Kalau begitu duduklah, kau pasti sudah lapar,” Bibi Sooae—kalau tidak salah namanya tadi begitu—menarik sebuah kursi dan memintaku duduk di sana.

“Sooae benar Honey, aku berharap kalian berdua bisa menjadi satu keluarga yang lengkap,” Kudengar Dad menimpali sembari menatapku penuh harap. Yeah, kuharap juga begitu.

Selama makan siang berlangsung, Bibi Sooae terus bercerita tentang Seoul dan segala yang menarik di dalamnya. Syukurlah wanita itu pandai sekali berbahasa Inggris, karena mungkin Dad sudah mengatakan padanya bahwa aku belum bisa berbahasa Korea sampai sekarang. Membicarakan tempat-tempat indah di Korea, aku jadi teringat Aiden. Apakah dia masih mengingat janjinya yang  akan membawaku jalan-jalan? Hmm… kuharap begitu.

“Bibi, kalau boleh tau. Sebenarnya ada acara apa malam ini?” Kusuap sepotong steak sambil menatap wanita itu tenang.

“Ah, kau benar. Aku belum cerita padamu tentang pesta itu,” gumamnya santai sembari tertawa, memperlihatkan lesung pipi yang membuat senyumnya semakin terlihat cantik. Tidak salah jika kakek sangat ingin Dad menikah dengan wanita ini. “Malam ini adalah malam pertunangan Seora yang calon suaminya.” Seora? Siapa itu? Apakah dia putri yang disebut-sebut Dad beberapa waktu lalu? “Oh, aku lupa menceritakan tentang Seora padamu.” Untuk kedua kalinya hari ini, Bibi Sooae sepertinya bisa membaca pikiranku. “Dia putriku satu-satunya,” jelasnya senang, “Dan malam ini, Seora-ku akan bertunangan dengan kekasihnya.”

“Ah, begitu.” Kualihkan tatapanku pada Sirloin steak yang tinggal separuh di hadapanku. Tak bisa kupungkiri, aku merasa iri pada gadis bernama Seora itu. Ia memiliki segalanya, Dad, Bibi Sooae dan juga kekasih yang akan segera menjadi suaminya. Sedangkan aku? Menyedihkan!

“Sebenarnya aku sudah memperingatkan anak itu untuk tak pergi ke mana-mana hari ini. Tapi pagi tadi, dia malah pergi dan berkilah bahwa ada urusan penting yang menyangkut masa depan yang ingin diselesaikannya,” gerutu Bibi Sooae yang terlihat sangat kesal dengan kelakuan putrinya. Wanita ini memang wanita yang menyenangkan. Maafkan aku Mom, aku tak bermaksud mengkhianatimu. “Eh, kenapa sudah selesai? Kau bahkan belum makan makanan pencuci mulut yang ada di sini?” Bibi Sooae berkomentar sembari mengangsurkan waffle keju padaku saat melihatku hendak beranjak dari meja makan.

“Ah, perutku sudah penuh. Aku tak biasa makan sebanyak ini,” Aku beralasan.

“Oh, ayolah! Cicipi satu saja, aku baru saja mempraktekkan resep ini pagi tadi,” paksanya dengan tatapan memohon.

Aku menghela nafas, “Baiklah, satu saja,” putusku lalu kembali duduk, meraih waffle keju itu dan menyuapnya. Enak! Selain cantik, rupanya ia juga pandai sekali memasak.

“Bagaimana? Enak?” Bibi Sooae tampak sangat antusias menanti jawabanku.

Kuangkat jempolku dan bergumam, “Yeah, delicious!

Really?” Aku mengangguk dan tersenyum senang melihat rona bahagia di wajahnya. “Ann, kau suka makanan apa? Besok aku akan mencoba membuatnya untukmu?” Bibi Sooae meraih sebuah note kecil di sebuah meja yang terletak di samping meja besar itu dan bersiap mencatat apapun yang kukatakan.

“Tidak usah Bi, aku suka makanan apapun,” bantahku merasa tak nyaman sambil melirik Dad yang kini menatapku dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

“Aku memaksa!” Ya Tuhan! Baiklah kalau begitu.

“Hmm… aku suka—“

“Appa, Eomma!” Seruan seorang gadis menyela perkataanku, membuat kata Cheescake hanya tertahan di tenggorokanku. Gadis itu, apakah ia yang benama Seora? Adik tiriku? Ia tampak masih sangat belia. Aku tak menyangka bahwa ia akan segera meni… Aiden? Demi Tuhan! Aku… aku tidak salah lihat bukan? Lelaki yang baru saja tiba itu… Aiden? Ah, tidak. Bukan Aiden. Tapi Donghae… Lee Donghae.

Mendadak kurasakan sensasi aneh yang menggelikan di perutku, bagaikan ada beribu-ribu kupu-kupu yang beterbangan di sana. Dia. Masih sama tampannya seperti dulu. Setelan jas hitam resmi yang membalut tubuh sempurnanya, tampak sangat pas dan memberikan kesan seorang eksekutif muda tampan yang sukses. Entah sudah berapa lama aku berdiri di sini dengan tatapan yang tak lepas dari sosoknya. Aiden, aku sangat merindukanmu!

“Hai Ann,” Kesadaranku terkumpul saat kudengar sapaan Aiden di hadapanku. “Kau masih mengingatku?” Tsk, dia masih bertanya? Itu sama sekali tidak lucu! Dia bahkan selalu hadir ke manapun aku pergi. Bagaimana aku bisa melupakannya?

“Kupikir kau yang telah melupakanku!” Aiden memamerkan senyumnya yang selalu sukses membuat detak jantungku meningkat.

“Jadi kalian sudah saling mengenal?” Aku mendengar suara lembut Bibi Sooae di sampingku.

“Yeah, begitulah!” Aku dan Aiden membalas hampir bersamaan. Tapi tunggu dulu! Apa yang dilakukannya di sini? Dan Seora, kulirik gadis belia yang kini berdiri di samping Aiden itu. Ya Tuhan! Jangan bilang Aiden adalah…

“Donghae adalah calon suami Seora,” Aku tak tau apa yang kurasakan sekarang. Yang jelas, air mataku mulai memburamkan pandanganku pada sosok Aiden yang terlihat salah tingkah di hadapanku. Bagaikan ada beribu-ribu jarum yang sekaligus menusuk di hatiku. Perih dan menyesakkan. Tapi apa? Apa hakku untuk marah padanya? Bukankah selama ini Aiden memang tak pernah menunjukkan ketertarikannya padaku? Bukankah selama ini ia hanya menganggapku sebagai temannya? Mungkin karena sifatnya yang terlalu baik, hingga aku menyalahartikan semua tindakannya padaku adalah karena didasari rasa cinta. Aku yang sebelumnya tak pernah merasakan sesuatu yang bernama cinta ini pun, akhirnya jatuh dengan begitu mudahnya. Menggelikan! Kalau tau kenyataannya akan seperti ini, lebih baik aku tak pernah setuju untuk tinggal di sini bersama Dad. Aku benar-benar tak sanggup harus melihat Aiden bersama gadis lain. Walau gadis itu adalah gadis yang sangat dicintainya.

“Appa, Eomma… aku dan Donghae Oppa ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting!” Kudengar gadis bernama Seora itu bersuara.

Sebelum air mataku sempat merebak dan mempermalukan diriku sendiri di depan semua orang, aku harus pergi dari tempat ini. “Aku ke kamar dulu. Mendadak perutku sakit.” Aku benar-benar tak bisa mengontrol suaraku agar tetap terdengar datar. Rasanya semua sesak itu sudah mendesak ke tenggorokan. Menghimpit ruang nafasku hingga paru-paru ini tak sanggup lagi menghirup oksigen lebih banyak.

“Ann, aku bisa menjelaskan semuanya!” Sayup-sayup kudengar suara Aiden di belakangku. Menjelaskan? Apa yang akan dijelaskannya padaku? Menjelaskan bahwa selama ini ia memang tak pernah berniat berhubungan denganku, karena ia telah memiliki kekasih yang sangat dicintainya di Korea. Sungguh sebuah skenario yang sangat indah untuk hidupku.

“Donghae Oppa, kau masih punya tugas yang harus diselesaikan di depan Appa dan Eomma!” Aku yang sengaja bersembunyi di balik dinding yang menghubungkan antara ruang tengah dengan dapur tak sengaja mendengar gadis bernama Seora itu bergumam. Yeah, selesaikan acara pertunangan kalian. Jangan pedulikan aku.

Kututup mulutku dengan tangan. Berusaha menyamarkan isakanku yang terasa begitu menyakitkan. Setelah kuyakini, kedua orang itu pergi. Aku membiarkan kakiku pergi ke manapun ia menginginkannya. Aku benar-benar tak ingin berada di rumah itu untuk saat ini. Kalau bisa sampai malam tiba. Aku tak sanggup untuk menjaga mimikku tetap datar selama pesta pertunangan itu berlangsung. Daripada aku akan mengacaukan semuanya, lebih baik aku pergi dan kembali esok harinya. Entah, aku bahkan berharap tersesat karena aku memang belum tau jalan-jalan di kota ini. Kamus Inggris-Korea-ku juga tertinggal di kamar. Bodoh!

-Hangang Park-

 

Langit sudah gelap, bintang dan bulan pun sudah menggantikan tugas matahari untuk menghiasi langit. Entah sudah berapa lama aku berdiri di sini. Berdiri sendirian sembari menatap kekejauhan. Syukurlah aku masih ingat nama Sungai Han yang tadi diceritakan Bibi Sooae, dan ternyata tidak sulit bagi tourist asing sepertiku untuk mengunjunginya. Ada banyak pos penjagaan khusus yang disediakan pihak pariwisata Korea dan rambu-rambu berbahasa Inggris untuk membantu tourist asing yang sengaja datang ke mari.

Benar kata Aiden, tempat ini tak jauh berbeda dengan London. Aiden. Sekali lagi aku membiarkan nama pria itu masuk ke pikiranku. Aku lelah terus begini. Tapi aku sama sekali tak punya kekuatan untuk menolaknya. Aiden pasti sedang bersenang-senang sekarang. Menikmati pesta pertunangannya dengan gadis itu. Mengingatnya, air mataku kembali jatuh membasahi pipiku yang belum sepenuhnya kering karena air mata sebelumnya. Sampai kapan kesedihan ini akan memenuhi hari-hariku? Mom! Maafkan aku. Aku tak bisa memenuhi permintaanmu untuk terus tersenyum bersama seseorang yang kucintai. Tidak, bila orang yang kucintai ternyata tak membalas cintaku.

“AIDEN LEEEEE!!! I HATE YOUUU!!!”

“But I Love You Ann!” Aku menegang. Suara itu? Tidak. Ini pasti hanya khayalanku saja. Tidak mungkin ia di sini. Bukankah sekarang ia sedang melaksakan acara pertunangannya dengan adik tiriku? Bukankah dia… “Aku mencintaimu Ann!” Kurasakan sebuah tangan hangat menyentuh lengan atasku dan saat itu juga memutar tubuhku menghadapnya. Itu benar Aiden. Aku tidak sedang bermimpi. Lelaki-sialan itu benar-benar berdiri di hadapanku. Ia bahkan tampak begitu kacau dengan pakaian yang masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja, kini ia tak memakai jas, menyisakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku. Aku sangat menyukai penampilannya yang seperti ini. Nafasnya tampak terengah dan ia menatapku dari atas hingga bawah. Seolah sedang meneliti apakah aku telah kehilangan anggota tubuhku atau tidak. “Kau tau? Seberapa besar rasa takutku tadi?” Jantungku berdegup kencang ketika dengan kecepatan yang tak terduga, ia menarikku dalam dekapannya. Hangat. “Kupikir kau pergi, kupikir kau tersesat atau bahkan… ada orang jahat yang mengganggumu!” Seolah-olah ada seseorang yang menyiramkan air hangat di jantungku, semua rasa sesak itu menghilang begitu saja. Dia… mengkhawatirkan aku? Dia rela meninggalkan pesta pertunangannya karena mengkhawatirkan aku?

“Aku tidak sebodoh itu!” Aku berhasil menjawab, setelah sukses menghalau perasaan gugup yang kini melandaku.

Aiden melepaskan pelukannya dan menatapku dalam diam. “Apa benar kau membenciku?” Oh, Tuhan! Jantungku kembali tak berkompromi. Semoga saja ia tak mendengar detakan keras itu.

“Bagaimana dengan pesta pertunanganmu?” Bagus. Sebaiknya kualihkan topik ini pada pembicaraan yang lebih penting.

“Bukankah tadi kau sudah mendengarnya?” Aku mengerutkan kening bingung. Mendengarnya? Mendengar apa?

“Kau belum mengatakan apa—“

“Apa perlu aku mengulanginya?” selanya cepat, lalu kurasakan tangannya sudah berada di tengkukku.

“Hey, apa yang kau hmmpphh” Kakiku… rasanya aku tak bisa menopang tubuhku lagi. Bibirnya terasa hangat dan basah di bibirku. Sentuhan lembut bibirnya menimbulkan sensasi aneh yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Rasanya kepalaku kosong. Yang kurasakan hanyalah kehangatan yang menguar dari desah nafas hangatnya di bibirku. Aiden… kau mencuri ciuman pertamaku!

Aku membuka mataku ketika kurasakan bibir itu tak lagi mengunci bibirku. “Kurasa… aku tak perlu mengatakannya lagi.” Ia tersenyum. Entahlah! Aku tak bisa mengatakan apapun untuk saat ini. Pesonanya terlalu… menyilaukan untuk dapat kutolak. “Jadi Ann, apa benar kau membenciku?”

Panas. Kenapa mendadak cuaca dingin Seoul terasa sangat panas? Kulepaskan diri dari dekapan hangat Aiden dan memutar tubuhku menghadap sungai Han yang kini tampak tenang. “Pulanglah… jangan membuat kekasihmu menunggu.” Kutundukkan kepalaku untuk menyembunyikan rona merah yang mungkin timbul di pipiku.

“Kau bilang kau tak sebodoh itu. Lalu setelah apa yang kulakukan tadi, kenapa kau masih memintaku pulang dan meneruskan acara pertunangan itu?” Jadi… dia mencintaiku?

“Kurasa kau juga bodoh karena masih bertanya apakah aku membencimu atau tidak.” Aku menegang saat kurasakan tangan hangat Aiden melingkar di perutku. Tubuhnya yang hangat dan kokoh terasa begitu nyata di punggungku.

“Jangan membuatku khawatir lagi dengan kabur seenaknya seperti tadi siang,” Aku begidik ketika kurasakan desahan nafas hangat Aiden di tengkukku. “Mulai sekarang kau milikku.” Tsk, apa katanya? “Ah, benar!” Ia memutar tubuhku menghadapnya, dan rasa panas di pipiku kembali membara. “Kau harus belajar bahasa Korea dengan benar mulai saat ini. Karena bisa dipastikan, kau akan segera menjadi istriku!” Tsk, baru semenit saja menyatakan diri sebagai kekasihku. Dia sudah bersikap seenaknya padaku. “Kau dengar itu Ann?”

“Yeah, aku dengar,” Sepertinya aku berhasil membuat nada bicaraku terdengar santai. Tapi jantungku tetap saja tak bisa berkompromi. “Aku tau satu kalimat dalam bahasa Korea,” ungkapku ketika kejadian di London kembali terlintas. Aiden terlihat kaget dan menatapku penuh antusias.

Really?” Aku mengangguk mantap tapi tak berhasil menyembunyikan seringaiku. “Say it! Loudly! Aku ingin mendengarnya.”

“Jangan menertawakanku!”

Aiden menggeleng, “Tentu saja tidak. Katakan dengan keras!” paksanya sembari tersenyum senang.

Aku melepaskan diriku dari pelukannya dan mulai bergumam, “Nan Neo…

Nan Neo…” ulang Aiden, “Kenapa berhenti? Ayo teruskan!”

Jugeoshippeo!” Aku berteriak lantang dan cepat-cepat pergi dari hadapannya ketika kulihat ia membelalak kaget. Aku sudah yakin kata-kata itu bukanlah kalimat yang diharapkan Aiden.

What? Hey, siapa yang mengajarkanmu kata-kata itu?” Aku terkikik geli ketika mendengar seruan Aiden yang mengejarku di belakang sana. Thanks again Spencer, karena telah mengajarkan kalimat itu padaku.

-Aiden Lee/Lee Donghae, Mobil Donghae-

Kutarik sudut bibirku dan kubelai lembut rambut Ann yang kini tengah tertidur dalam dekapanku. Nafas teraturnya menandakan bahwa ia benar-benar sudah terlelap di alam mimpinya. Pasti ia sangat lelah, kudengar dari Jaesook Ahjusshie, Ann memang belum sempat beristirahat setelah kedatangannya ke Seoul pagi tadi. Dasar gadis bodoh! Dia malah pergi saat mendengar kabar bahwa aku adalah calon suami Seora. Padahal aku sudah memintanya menunggu penjelasanku.

Siang tadi, saat Seora memintaku menemuinya di Hangang Park, gadis itu memintaku membatalkan perjodohan ini. Well, seharusnya aku sadar kalau gadis itu memang tak pernah menatapku sejak dulu. Ia hanya mencintai si lelaki-sempurna Choi Siwon. Begitu pula sebaliknya.

Awalnya aku sempat takut untuk membatalkan kesepakatan yang telah dibuat bersama antara Almarhum Appa dengan Jaesook Ahjusshie. Tapi keberadaan Ann membuatku berani bertindak. Aku tak mau kehilangannya hanya karena ketidaktegasanku. Aku juga tak mau memisahkan Seora dengan Siwon yang saling mencintai itu dengan ketakutanku.

Reaksi Jaesook Ahjusshie tadi benar-benar di luar dugaan. Saat dengan keberanian yang cukup tipis kuungkapkan bahwa aku ingin membatalkan perjodohan itu, Ayah Ann itu justru tertawa dan mengatakan suatu kalimat yang membuatku ternganga untuk beberapa saat.

“Oh, jadi selama ini aku sudah salah sangka? Ah, maafkan aku Donghae-a. Kupikir kedekatanmu dan Seora adalah karena kalian berdua saling mencintai. Makanya saat itu aku dan Dongwoo membuat kesepakatan ini. Kau tau sendiri, aku sama sekali tak menyukai yang namanya perjodohan. Karena aku takut apa yang telah kualami di masa lalu menimpa anak-anakku.” Dengan penuh wibawa Jaesook Ahjusshie berkata begitu. Yeah, dia benar juga. Mana mungkin ia berniat menjodohkan putra-putrinya bila dia sendiri pun pernah mengalami kejadian tak menyenangkan karena sesuatu yang bernama perjodohan. Lagi pula, ia juga tak salah karena saat itu aku memang mencintai Seora, walau gadis itu jelas-jelas hanya menatap Siwon.

Tapi Appa… aku sama sekali tak mengacaukan rencanamu untuk menjalin hubungan keluarga dengan Jaesook Ahjusshie. Kulirik sosok Ann yang kini masih terlelap dalam tidurnya. Wajahnya tampak tenang dan damai. Kugenggam tangannya erat dan kukecup puncak kepalanya yang beraroma peach yang kurasa berasal dari shampoo yang digunakannya. Bukankah ia juga putri Jaesook Ahjusshie? Jadi, Jaesook Ahjusshie akan tetap menjadi Ayah mertuaku.

“Ann, aku janji akan selalu menjagamu dan membuatmu tersenyum! Nomu Nomu Saranghae!

EPILOG

-Spencer Lee/Lee Hyukjae, London-

Aku mengetuk-ngetukkan jari telunjukku dengan tak sabar di meja cafѐ. Marry tak juga muncul, padahal ia sudah berjanji akan menjelaskan semuanya padaku hari ini. Yeah, ia akan menjelaskan duduk perkara hari itu. Saat tiba-tiba ia menghambur dalam pelukanku dengan ekspresi terkejut yang membuatku bingung. Dan dengan seenaknya mengatakan pada lelaki—yang ternyata kakaknya yang bernama Lex Hathaway itu—bahwa aku adalah kekasihnya. Gila bukan? Yeah, gadis itu memang sinting menurutku. Ah, itu dia. Akhirnya dia datang juga. Sudah dua gelas jus strawberry yang kuhabiskan karena ia tak segera muncul. Menyebalkan!

“Sudah lama menunggu?” Tsk, dia masih bertanya?

“Apa jam di rumahmu mati? Sudah satu jam aku di sini,” protesku kesal sementara ia menyeringai geli membuatku semakin sebal.

“Apakah kalau gadis bernama Ann yang membuatmu menunggu, kau akan dengan senang hati menunggunya sampai akhir usiamu?” What? Hey… kenapa gadis ini mengungkit Ann?

“Tentu saja!” balasku singkat. Malas menanggapi pertanyaan tak pentingnya itu. Kudengar Marry mendengus keras, “Sebaiknya kau katakan saja apa yang ingin kau bicarakan denganku Nona Marry!” Ketika mulutnya akan membuka, aku menyela cepat-cepat. “Tapi tidak ada makanan untuk kali ini!”

“Tsk… aku sudah makan di rumah!” Oh, syukurlah! Jadi aku tak perlu miskin lagi hari ini.

“Kalau begitu, jelaskan semuanya padaku!” desakku tak sabar. Semakin lama berada di dekatnya, mungkin aku akan terserang darah tinggi mendadak.

Kulihat Marry menatapku serius dan mulai bergumam, “Dad memintamu menikahiku!” Mwo? Menikah? Apa si-iblis-tomboy ini sudah kehilangan otaknya?

 

 

FIN

Fiuhhh…. *elap keringet yang bercucuran*
Halah.. lebayy!! Aduh, gak kerasa ternyata udah END aja. Gimana? Gimana endingnya?? Jelek?? JELEEEKK?? *melotot cantik*
Ayo, ditunggu RCLnya!! Oiya… buat yang penasaran ama kisahnya Marry-Hyuk Couple. Nanti aku buatkan After Story-nya. Just Wait For it! ^^

51 thoughts on “HATE That I LOVE YOU [Part 10-END + Epilog]

  1. Ah onnie aku suka waktu ann aiden di sungai Han romantis abis.
    Kirain adik tirinya ann juga suka Hae ternyata udah punya Siwon.
    Hahahahha LHJ diajak nikah. Nah hlo..

  2. aaaaaa keren onnie
    serius deh aku sempet mewek pas bagian ann shock liat aiden sama seora batu dtg gt
    ya ampun ann sama aiden so sweet bgt deh
    aiden lgsg main.m cium aja nih wkwk

    yaaaak itu kenapa si merry tiba2 minta dikawinin sama hyuk??
    parah bgt di cwe tomboy ._.

    onnie yg dibuatin afstor jgn cma hyuk-mary dong aiden-ann jg dibuatin lah
    kan msh nanggung tuh mrka blm nikah

  3. asyik!!! akhirnya bahagia!!! pdhl td udh deg- deg deg…. tu si Spencer diminta nikah ma Marry? hahahaha…… lumayan tuh perbaikan keturunan… *ditabok Jewels*

  4. yeeyyy,,,,akhirnya happy ending ^____^
    adegan aiden ma ann di sungai han amat sangat romantis,bagian yg paling aq suka tuh,kkkk

    ff saeng selalu daebak n bener”memuaskan oen d akhir ceritanya,jadi g pernah kecewa deh ma ending d smua ff saeng 🙂

    spencer ma marry mo nikah???
    bakal ada side story nya nih saeng???
    asiiiikkk,,,,mau liat ceritanya,dtggu y saeng,,,,,,,

  5. Ya! Ya! Ya!
    Kyyyyaaaaaaa#efek nton bulutangkis smbil bca ff;p
    oMO~ Onnie-ya neomu neomu gomawo;D
    akhir’a ini story end jg… Ending bner2 so sweet>< walopun di part awal ann lg berduka,
    kkkk
    kiss(cap sarden) back hug di sungai han ..

    Ahhh bkin iri#lirik KyuHyun

    afstor'a jgn cuma SpenRry#bkin couple sndiri;p#ajj yg di buat,
    harus ada aidAnn(?) afstor jga!!
    Gomawo onnie~ya.. Annyeong;))

    np: maaf ya, klo selama 1t2 sbelum'a di coment q bnyak MENJELEK2N lee donghae#nyadar jg# itu cuma buat lucu2n ajj sih,,
    see you in next story onnie!! Fighting^^

  6. Bnyak typo ding#mian onnie==
    mksud’a kissand back hug
    trus itu mksud’a 10 part sbelum’a
    hehehe
    jeongmal mianheToT

  7. kya, ending,..

    eon, stu kurang panjang,..#plakk

    omo, mom meninggal,..turut berduka cita tpi itu membwa ann ke korea,..
    g nyangka ann bisa nerima appa.a setelah kebenciannya dlu, like.. itu bru ank baik

    aigu, miris bgd ya pas bca bagian donghae wktu mau tunangan sma seora sedngkan tu yoja adeq tiri ann,..ngenes
    saeng kira yg bakal di jdohin dlu tu ann ternyata,.. tpi takdir berkata lain,..ceileh
    wonie wlaupun g terlibat langsung kau membuat hae kembali kepelukan ann #eaaa

    cie cie, yg dpt first kiss di atas jembatan sungai han,..romantis ne,..

    hyuk, astga apa yang ku perbuat sma ank org smpe di mimnta nikah gtu,…kekekeke

    Ya! saeng mau protes, g ad gtu JiKyu couple.a keliatan, astga nmapang nma dong tu jiae sekali,..

    last, ini ff eon yg paling saeng ska krn asli rapi bgd, brsa bca novel, alur.a n cra penulisannya beda ma ff eon yg lain,.. T.O.P dh,..#peluk main cast di HTILY

  8. Uye uye finally
    aduh un td kesian amet si Ann pas seora dtng sm aiden. Huee mewek T.T hey tp aiden dtg2 maen cium aje, gue jg mau kali bang *mukamelas . Spencer kawin yeay spencer kawin *apadeh haha

  9. wahh.. Eon ini benar-benar bagus, Daebak!!

    Gak nyangka bakal seperti ini ceritanya. Konflik yang terdengar biasa dan menurutku bertele-tele -dari ff yang pernah kubaca sebelumnya-, tapi disini malah terkesan simple dan berkesan .

    O,ya dan yang kusuka itu hubungan antar main cast-nya benar-benar bagus. Alur, bahasa, penggambaran cerita ff, etc-nya Waah.. *prokprok*-lah pokoknya 🙂

    saeng benar-benar berharap bisa buat ff yang kaya gini -yang eon buat- , penggunaan bahasanya itu yang buatku sangat kagum. SEDIKIT TAPI BERMAKNA.

    jujur ya eon, 4 bulan ini saeng lagi hobby/aktif banget baca dan nyari FF di WP. Dan selama itu, saeng udah dapat sekitar 50 lebih WP ff. Dan ff eon udah menjadi 5 besar WP/author/ff yang paling saeng kagumi *ciee elaaa* *curcol* xD

    Hwaiting Eon!!

    • WAAAA!!! aku TERSANJUNG 6 nih… #Ehh
      Makasii udah jadi pengunjung setia Blog-ku Saeng. Dan rajin baca juga komen di sini. Makasiii banget yah… komen2 kalian bikin aku semangat buat terus berkarya ^^

  10. Eonni Ya aampuuuuuunnnn~~
    udah bikin aku senam jantung selama baca ini tau ngga >..<

    Ahh! Aiden!
    Ampe lupa ama perjodohan aiden..
    Aigoo gmana tar ann kalo ke korea liat aiden nikah =.=
    kwkwkw
    akhirnya, dia mengakui perasaan nya sendiri kalo cinta ama ann. Wkwkw
    seru bgd nih ff eon. Hoho
    eonni, tu lee seora apa sapa itu yg mau dijodohin ama aiden tu kaya nya centil bgd ya *plakk wkwk

    hahahaha bayangin ann d korea tp ga bisa bahasa korea tu ngakak abis eon..
    Wkwkwkw
    ya ampun seneng eon, liat ann ama dad nya akur tuh seneng tau (:

    ini dia!
    Saat dimana ann ketemu ibu tirinya
    aigoo aku sempet bayangin ibu tirinya jahat kaya d cinderela wkwkwk lol
    ahh aku lega ternyata dia baik bgd ama ann eon!
    Eon hebat ahh.

    Ya ampun pas aiden dateng tuh eon, aku ikut deg deg an sumpah!
    Aku juga bayangin dan ikut ngerasain pas ann denger aidenn tu mau nikah ama adiknya . .
    Huhuhuhu
    ya ampun ikut nyesek deh!
    Eon selalu bikin suasana tegang !

    Ya tuhan ann!
    Aku ikut nyesek.
    Bayangin gmana perasaan mu saat kau di sungai han!
    Huhuhuhu
    eh itu teriak2 apa ngga diliatin orang orang ya eon ?
    Huhuhu
    mwo ?
    Itu aiden !!
    Aaaaaaaaaa
    eonnnnnie !
    Itu beneran aiden !!
    Ya ampun akhirnya datang juga !
    Eonni ini beneran ya aku ikut tegang pas aiden meluk ann .
    Apalagi pas kissing!
    Huwaaaa eon aku melayang beneran.
    Aku bayangin kiseu ama hae!
    Hahagaha lol
    ya ampun lega bgd ya mereka udah bersatu . Huhuhuhu
    ternyata dulu lee seora tu ga suka ama hae?
    Kirain mereka udah pacaran gt ..
    Tp syukurlah kalo gt.

    Ya ampun! Suamiku disini masi aja ya perhitungan bgd wkwkwkw
    aku ampe ngakak bacanya!
    Woww, mau ketemu marry ya?
    Huh!
    Inget, hanya akting! *nguatin diri*
    eon…i…t.tu ap….pa?
    *mendadak gagap*
    hyuk mau nikah ama marry?
    Huwaaaaaa gpp deh, ini lebih baik..
    Huhuhug *plak
    ahh eonni tanggung bgd marry blm jelasin udah end.. Huh.

    Happy ending aku suka 😀
    happy setelah sekian masalah di hadapi ann..
    Ya ampun eon ff ini pokoknya keren bgd!
    Ahhh aku terlalu senang!
    Hehehe
    lope u eon!

    • Aduh, saengkuuu yg satu ini emang selalu bikin speechless tiap baca komennya *hugss Anggi*
      Mianhae saeng, Hyuk di sini aku buat untuk orang laen yah… Tapi di next FF, Just For You lah ^^
      Gomawoo sekali lagi buat komennya. Lope U Too saeng ><

  11. Kepotong eon commen nya..
    Apa aku jadi in dua aja ya ?
    Eonni Ya aampuuuuuunnnn~~
    udah bikin aku senam jantung selama baca ini tau ngga >..<

  12. ff ne amanx deabak deCh Oen…
    Bsa bkin mewek bca na…
    Tp kox tba2 marry mnta kwin sma hyuk…
    Gmna ne akhir ksah hyuk ma marry msih bl0m ngerti…
    Ad g’ ja lnjutan buat hyuk ma marry – maksa-…
    Hehehee
    Oa Oen,,,
    mnta PW buat eunhae y’ dprotect d0nx 0en…
    Heheee

  13. hhwwwaaa……kereeennnn eeoonnnn……DAEBAK!!!!
    wlau wlnya pngen ngis tp endingnya bhagia bngt,,,co cweetttt…^_^ hehehe,,,,
    akhrnya Ann jtuh jg oleh psona seorng Lee donghae,,g malu2 lgi deh ngakuin prasaannya,,:’)
    skli lgi gomawo y eon dh d tag d fb ma blog na…hehehe

  14. DAEBAAKKK…
    Cuma itu yg aq mw blg tiap baca FF mu.. Keren..
    Slalu tau kpn bkn moment2 yg pas..
    Kayaknya kamu berbakat bwt jd penulis novel,chingu,,
    Terbitin aja jd novel^^

    Oiy,chingu..
    Aq blh ga minta password strawberry nya?
    Klo blh krm ke email ku yah : widya_chou66@yahoo.com
    Aq udh add FB mu,tp blom kamu confirm juga.

    Salam kenal dulu ya..
    Astuty,22,ELF,KyuSiHae,Jakarta

  15. Annyeong eonni, mian aku baru comment like di part ini, aku ngebut bacanya hehe, mian ya eonn 🙂
    Seperti part sebelumnya, keren eonni XD
    agak galau bacanya waktu ann kaget liat aiden sama seora
    ann sama aiden, so weetnyaaaa >,< aaahh jadi ngiri, apalagi kisseunya, maauuu :3 *slap
    gregetan liat mereka hihi
    gomawo 😀

  16. Mian, baru coment di part ini.. 🙂 Soalnya ngebut banget bacanya…

    Ahhhh….. DAEBAKK banget ff nya eonn.. 😀
    Nyesek banget bacanya pas Awal dan pertengahan… T_T
    Pas akhirnya, lucu bangett ngebayangin Spencer bakalan menikah dg si Marry… 🙂

    Pengen banget dehh ada sequelnya.. Hehehehe 🙂
    Once again, this fanfiction really really awesome !! 😀

  17. Aku sukaaaaa namatin ff ini sampe (☉̴͡_☉̴͡), mAaf ga semua part aku komenin hehehhehehe tapi ada yang miss nieh menurutku, kan si donghae ga yakin sama perasaan ana saat sebelum ana datang ke seoul, tapi kok pas ending dia yakin banget anna suka dia.
    Tapi ngebayangin jung so min sama donghae kok so sweet banget ya??
    Kalo hyuk sama mary apakah judulnya?

  18. huaah.. selesai juga baca HTILY ini, sukak sukak banget >.< udah kayak nonton drama, telat banget yak baru baca sekarang 😉
    hhh… jadi kangen eunhae moment, tapi aurthornya msih fokus JGM 🙂

    yasutrala, dibaca ulang aja eunhae mometnya, next kembali ke library ngacak ngacak eunhae moment 😛

    One.. Two.. Three.. Go..!!

    haha XD

  19. ff ini udah setahun, tapi saya nemu dan br baca sekarang.
    *Aigoo kemana aja, cyiinn?
    sebelum baca ff ini saya paling males baca ff yg castny pake nama dan settingan kebarat-baratan, tp setelah baca dan tenggelam dalam karakter keras kepalanya si ann, jadi enggak deh..
    Asli baca ini kaya baca novel yg edited version. Bahasanya sederhana tp ngena bgt. Udah gitu deskripsi London itu detail bgt..
    Selain ann, saya suka sama karakter mom-nya ann. Sosok wanita yang bener-bener keibuan, dewasa, bijaksana and caring bgt…
    Btw, dear author udah pernah buat novel ya??
    Anyway, thanks for this impressive ff. Can’t wait to read your others works
    Fighting!!! ^^

  20. sukses buat gue nangis ini ff ,
    suwer :v
    gak bohong ! daebak authornya , dri part awal smpe part trakhir bagus banget alurnya .
    fighting thor untuk karya selanjutnya ! :p

  21. Ah bgs juga trnyta klo ann sma donge, tapi masak gk dipanjangin lg ending nya mrka thoor. Panjangin lg donng. Kan blm ngelewatin masa2 pacaran mrka nya, oke oke 😉 ditunggu looo

Leave a reply to park heeyoung Cancel reply